Namun lelaki itu masih ingat betul ketika ia bertemu dan berjabat tangan dengan dua orang turis yang masih muda, mungkin sepasang kekasih, dari Italia, bertanya jurusan bus yang menuju ke bandara. Mereka ingin kembali ke negaranya yang mengalami pandemi dengan jumlah korban yang cukup tinggi.
Katanya, ada keluarga mereka yang meninggal karena virus itu. Mereka berdua tampak batuk-batuk dan ia menjawab pertanyaan dua turis itu tanpa memakai masker. Selepas itu ia tak cuci tangan atau bahkan mandi pakai sabun.
Selama di ruang isolasi, lelaki itu menghabiskan waktunya dengan sebuah ponsel. Beruntung ketika ia pingsan, ponselnya tidak jatuh. Berbekal jaringan Wifi yang tersedia, ia pun berselancar dalam dunia internet. Mengenali lebih jauh tentang Virus Corona dan Covid-19 yang menjadi epidemi dari pengujung tahun 2019 di mulai dari Wuhan dan tersebar ke berbagai negara-negara di dunia. Dan sudah setahun ini belum tampak mereda.
***
PADA hari yang kesepuluh, lelaki itu menunjukkan gejala yang cukup baik. Demamnya tidak tinggi lagi dam batuknya mereda meski pening masih tersisa di kepalanya. Sehingga ia meminta izin dokter dan petugas ruang isolasi untuk keluar dari kamar.
BACA JUGA:JODOHMU ADALAH SIAPA DIRIMU
BACA JUGA:DEBAT ORANG-ORANG BISU
Ia ingin menikmati udara sore hari di taman yang ada di rumah sakit. Dengan menggunakan kursi roda, seorang petugas dengan pakaian hazmat pun mengantar, menemani, dan mengawasinya.
Kepada petugas, lelaki itu mengatakan ingin sekali ke Terminal 59. Lelaki yang tidak begitu jelas asal muasalnya itu menangis. Seolah ada hubungan yang erat antara dirinya dengan terminal itu. Bahkan kepada petugas itu ia berkata, jika meninggal ia ingin dikubur di areal Terminal 59. Petugas itu manggut-manggut.
Apakah anda punya keluarga? tanya petugas itu prihatin.
Mungkin ada, tapi entah di mana dan entah siapa? Jawaban yang membingungkan terucap dari lelaki itu.
***
MALAM keempat belas lelaki itu dirawat di ruang isolasi. Kamarnya kosong. Dokter, petugas, dan satpam rumah sakit mencari-cari. Sudah tiga jam, seluruh sudut rumah sakit telah digeledah. Lelaki itu raib.
BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu
BACA JUGA:POHON JAMBU WARISAN SI MBAH
Seribu lima ratus meter dari rumah sakit, di Terminal 59, seorang lelaki tampak meringkuk di bangku yang terletak di sudut terminal dengan tubuh terguncang-guncang karena demam yang sangat tinggi. Sesekali terdengar ia batuk-batuk. Bangku itu adalah kursi penguasa pangkalan bus yang belasan hari ini tidak pernah tampak lagi.