Ya, lelaki penguasa pangkalan bus itu baru saja kembali. Ia melompat pagar rumah sakit dan berjalan tertatih-tatih menuju Terminal 59. Lelaki itu merasa umurnya tinggal beberapa saat lagi. Dan ia akan bahagia bila mengembuskan napas terakhirnya di tempat yang sangat ia cintai.
Matahari pagi menyala di Terminal 59. Tampaklah seorang lelaki terbujur kaku dan telah dingin. Kepala terminal segera menelepon rumah sakit.
Tidak berapa lama tiga orang petugas dan seorang dokter datang berpakaian hazmat, membawa beberapa lapis kantong mayat, dan alat penyemprot disinfektan. Seorang petugas di antaranya tampak berbicara serius dengan kepala terminal.
BACA JUGA:Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah
BACA JUGA:Kotak Rahasia Jessy
Maka jika suatu ketika pembaca singgah di Terminal 59, lihatlah di sudut barat terminal, ada sebuah gundukan tanah dengan dua batu sebesar kepala berjarak sekira satu meter. Di situlah lelaki itu dibaringkan dengan damai.
PENCERITA
Faris Al Faisal, cerpenis. Lahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Ketua Lembaga Basa lan Sastra Dermayu (LBSD.
Buku Kumpulan Cerpen pertamanya berjudul Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017).
Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris, IG @ffarisalffaisal, dan SMS/WA 0811-2007-934.