Negeri Jenggala

Ilustrasi Negeri Jenggala-ist-
Cerpen: Heri Haliling
Tiga hari setelah Negeri Jenggala merdeka bergaunglah dalam warta buana tentang pembaharuan sebuah keputusan kepemimpinan dari kelompok singa.
Dengan berselimut martabat dan diakui kharisma melalui kuku dan taring ketegasan, kelompok singa berharap Negeri Jenggala kian rengkuh sentaosa.
Kabar tersiar mengalun bagai kidung masuk setiap penjuru bahkan hingga menelusup ke sarang semut-semut kecil yang hidup dalam lorong sempit dan semerawut.
Manakala banjir datang pasukan semut akan sengkarutan meraih pijakan. Kadang kebanyakan dari mereka malah bertengkar saling serang hingga banyak yang jatuh jadi korban.
BACA JUGA:Maksum Najibut
BACA JUGA:Tanah Kuburan Mbah Bendera
Sehari setelah warta tersiar di Negeri Jenggala, fraksi anjing menggonggong tidak setuju dengan dalih kesemakmuran dan keseimbangan dalam kepemimpinan.
Pada satu momen saat rapat di ruang istana terbuka yang penuh keriuhan suara dan hidangan tulang, daging, susu, serta kolam renang lumpur, fraksi anjing ternyata telah berkoalisi dengan babi; salah satu pentolan anjing berjalan naik ke podium dan menyeru:
"Kita telah buat surat pernyataan kepada sang singa melalui tulisan ini. Izinkan saya bacakan Tuan-Puan!"
Mendadak suara senyap.
"Kepada Tuan Singa, kami hari ini telah sepakat dua hal. Pertama, untuk merevisi pasal B 217an ayat 100 tentang UU Seleksi Bertahta Wilayah (Slebew) yang berfokus pada jumlah standar poin dari fraksi Negeri Jenggala baik yang dapat kursi ataupun tidak. Tuan singa yang kami hormati" lanjut perwakilan anjing sambil menjulurkan lidahnya.
BACA JUGA:SANG PELATIH
BACA JUGA:Natal di Keluarga Barbara
"Rencana ambang batas yang tuan tetapkan terlalu mengikat dan keluar dari sila leluhur kita tentang harkat dan demokrasi. Ini otoriter karena banyak fraksi baik yang koalisi atau indipenden akan gagal maju jika tak terpenuhi standar poin yang tuan tuangkan dalam undang-undang. Apakah satu ini setuju!!!!!!!" lantang Anjing.