Bukan Dia, Romeomu
Ilustrasi-Radar Utara-
Anggota lain hanya bisa bingung menyaksikan hal itu tanpa bisa berbuat apa apa.
Balat berdiri. Dia menatap Dago. Antara sedih marah dan malu campur menjadi satu. Dia melihat bahu kanan Dago berdarah tergores sangkurnya. Cukup dalam tampaknya karena membuat napas Dago naik turun.
"Kawanku! Aku coba angkat martabatmu.." ucap Balat tak lantang tapi dalam dan serius. Ini bukan kebiasannya yang ceplas ceplos dan emosian. "Tapi kau malah hinakan dirimu sendiri. Aku kenal kau.
Kau bukan pemuda yang tak tergilai wanita. Kau dipuja sebagai ketua dan pemenang setiap lomba balap!
Apa istimewa Dia!" tunjuk Mira.
BACA JUGA:Pinang Indonesia, dari Tradisi Kunyah hingga Ekspor Bernilai Triliunan
BACA JUGA:Industri Alat Angkut Indonesia 2024: Kontribusi dan Tantangan
Balat berjalan pelan mendekat. Ia buka kedua tangannya sebagai tanda ikatan saudara.
"Ayo seperti dulu. Kembali ke tim. Mereka butuh kau." Tiba tiba mata Balat berubah. " Sementara untuknya" menarik napas sesaat " Jika kau takut polisi mengusutmu setelah kau kembalikan, kau bisa serahkan saja padaku untuk ku lempar dia ke jurang dekat sini" Balat memperhatikan Mira yang kelihatan sekali takut dengannya. Balat mendekatinya.
"Stop di sana!" ucap Dago sambil mencabut pisau.
Balat mengerti maknanya.
"Okey kawan, jika itu membuat hatimu lega." Balat angkat tangan dan mundur. Bukan dia takut.
Dia segan dengan kawan seperjuangannya itu.
"Keluar dari sini!"
BACA JUGA:Jangan Sebarangan Pakai Air Biasa ! Ini Manfaat Air Radiator Mobil Menggunakan Coolant