Tanah Kuburan Mbah Bendera

Ilustrasi-es.pinterest.com-

"Namun, di setiap perang, ada masa ketika harapan itu dihadapkan pada kenyataan pahit. Ketika Pangeran Diponegoro ditangkap di Magelang oleh tipu daya Belanda, Mbah Bendera tidak ada di sana. Tidak ada yang tahu mengapa dia tak ikut dalam rombongan itu. Mungkin takdir Tuhan yang membuatnya terpisah dari sang pangeran pada saat-saat terakhir itu. Setelah Diponegoro diasingkan, banyak pengikutnya tercerai-berai, termasuk Mbah Bendera yang akhirnya menyingkir ke pedalaman Jawa Tengah," lanjutnya.

Mbah So menceritakan bahwa Desa Jejeg, yang terletak di kaki Gunung Slamet, menjadi tempat terakhir bagi Mbah Bendera.

Di desa itu, Bendera tidak lagi mengibarkan panji perang. Meski tugasnya sebagai pejuang telah selesai, pengabdiannya kepada masyarakat belum berakhir.

Ia menemukan peran baru sebagai tabib, menggunakan pengetahuan yang mungkin dia pelajari saat berguru dengan Diponegoro, untuk mengobati masyarakat yang sakit dengan ilmu-ilmu tradisional.

BACA JUGA:Perempuan Penggenggam Pasir

BACA JUGA:Sungai Yang Meminta Kedatangan

Penduduk desa tetap memanggilnya Bendera, meskipun mereka tidak mengetahui sejarah panjang di balik julukan itu. Meskipun kehidupannya kini jauh dari medan perang, semangat perjuangan tetap menyala dalam dirinya.

Dalam kesederhanaannya, Bendera sering menyampaikan kepada siapa pun yang datang padanya bahwa perjuangan tidak pernah selesai.

Namun, perjuangan yang ia maksud bukan lagi melawan penjajah, melainkan melawan ketidakpedulian, kemalasan, dan ketidakadilan yang masih terjadi di sekelilingnya.

Di desa itu, ia hidup hingga usia senja, tanpa pernah meminta lebih dari kehidupan. Bendera tidak pernah mengharapkan penghargaan atau pujian atas jasa-jasanya.

BACA JUGA:Rubik Hati Naras

BACA JUGA:SESUATU DALAM MAHKOTANYA

Baginya, berjuang adalah panggilan jiwa, bukan untuk kehormatan, melainkan demi rakyat yang membutuhkan, baik di masa perang maupun damai. Tahun-tahun pun berlalu, dan akhirnya Mbah Bendera meninggal, kata Mbah So mengakhiri ceritanya.

"Kamu tahu tidak, kalau Mbah Bendera sampai sekarang masih mendatangi keturunannya. Mungkin bagi kamu yang hidup di Jakarta, bergaul dengan orang-orang modern, ini terasa aneh," kata Mbah So.

"Untuk apa?," tanyaku.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan