Ia sangat memperhitungkan momentum yang tepat untuk bisa berkenalan dengan Tantri. Akhirnya tibalah pada suatu ketika.
Ternyata Tantri suka makan jambu mete. Meski kebanyakan orang jarang ada yang mau makan buah jambu mete.
Biasanya kalau di daerah sini, buah jambu mete diolah secara fermentasi, dan dibuat minuman beralkohol.
Setiap sore Kanjeng mengumpulkan jambu mete yang jatuh di halaman rumahnya, yang kemudian dijual ke pengepul, dan selanjutnya diolah untuk jadi minuman.
Ketika Tantri lewat di depan rumahnya Selamat sore mas, jambu mete nya banyak ya mas? tanya Tantri dengan suaranya yang lembut.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Saksi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
BACA JUGA:Surabaya Bertransformasi dari ‘Kota Neraka’ Jadi Kota Wisata
aaa anu, oh iya mbak, banyak buahnya, sampai yang jatuh pun juga banyak, belum sempat saya ambilin jawab Kanjeng setengah gugup.
Mas, perkenalkan, nama saya Tantri, saudaranya bu Padma, datang dari Denpasar sapa Tantri memperkenalkan diri.
Oh iya mbak Tantri, salam kenal, namaku Sastro Bawana, tapi di sini orang-orang lebih sering memanggil aku dengan nama Kanjeng mulai lancar berbicara.
Salam kenal kembali mas Kanjeng. Kalau boleh, saya bermaksud meminta beberapa buah mete milik Kanjeng, kebetulan saya suka makan buah mete, apakah boleh? tanya Tantri.
BACA JUGA:Aturan Baru: Dokter Boleh Praktik di Tiga Tempat, Ini Syaratnya!
BACA JUGA:Syarat dan Prosedur Mendirikan CV
Oh sangat boleh mbak Tantri, mau yang mana, yang merah apa yang kuning? saya ambilkan galah dulu ya, biar tidak jatuh bonyok jawab Kanjeng dengan penuh antusias.
Semenjak saat itulah, Kanjeng dan Tantri mulai akrab. Mereka sering pergi ke sawah, untuk sekedar jalan-jalan. Juga nonton wayang saat malam hari ada pagelaran.
Sementara Kanjeng tidak terima ajakan main ludruk, ia sengaja cuti selama Tantri ada di sini.