"Jangan ingatkan itu Balat" seru Dago.
"Dago!! benar kata Balat. Kembalikan aku. Apa yang kau tunggu dan mau dariku" Mira mulai memanfaatkan momen ketidaksepahaman ini.
"Sudah puluhan kali ku katakan aku tak menyukaimu. Tak sedikitpun! Hanya Demian yang ada di hatiku. Kau paham.." Mira mendekatkan matanya dan menatap tajam ke mata Dago. " Kami telah bercinta. Dan..ya. Hanya Demian" Mira mengangguk congkak lalu mendelikkan mata " Dia lebih pantas daripada kau!"
Balat langsung hilang kontrol. Ia angkat sangkurnya tinggi tinggi sambil berlari ke arah Mira.
"Beraninya kau, sundal!!!!"
Mira teriak tak sempat mengelak.
Setsestset!!! Tiba tiba Balat tersungkur akibat jegalan dan bantingan yang cepat dari Dago.
BACA JUGA:Situs Megalitikum di Sulawesi Tengah: Warisan Peradaban Pra-Aksara
BACA JUGA:Kondisi Ketenagakerjaan di Indonesia Terus Mengalami Perbaikan
"Diam di situ Balat! Ku mohon. Jangan ceroboh lgi" bentak Dago.
Anggota lain hanya bisa bingung menyaksikan hal itu tanpa bisa berbuat apa apa.
Balat berdiri. Dia menatap Dago. Antara sedih marah dan malu campur menjadi satu. Dia melihat bahu kanan Dago berdarah tergores sangkurnya. Cukup dalam tampaknya karena membuat napas Dago naik turun.
"Kawanku! Aku coba angkat martabatmu.." ucap Balat tak lantang tapi dalam dan serius. Ini bukan kebiasannya yang ceplas ceplos dan emosian. "Tapi kau malah hinakan dirimu sendiri. Aku kenal kau.
Kau bukan pemuda yang tak tergilai wanita. Kau dipuja sebagai ketua dan pemenang setiap lomba balap!
Apa istimewa Dia!" tunjuk Mira.
BACA JUGA:Pinang Indonesia, dari Tradisi Kunyah hingga Ekspor Bernilai Triliunan