Mukomuko Butuh Gudang Bulog, Elxsandi: Daerah Sentra Pangan Terabaikan

Kepala Dinas Ketahanan Pangan. Elxsandi Ultria Dharma-Radar Utara/ Wahyudi -

MUKOMUKO, RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Pemerintah Kabupaten Mukomuko kembali menyuarakan kebutuhan mendesak akan pembangunan gudang penyimpanan milik Badan Urusan Logistik (Bulog). Permintaan ini mencuat seiring posisi strategis Mukomuko sebagai salah satu sentra produksi pangan, khususnya padi dan jagung, di wilayah pesisir barat Sumatra.

Letak geografis Mukomuko yang berada di ujung barat laut Bengkulu, berbatasan langsung dengan Sumatra Barat, menjadikan daerah ini terpencil dari pusat distribusi utama di Kota Bengkulu. Akibatnya, distribusi dan stabilisasi harga pangan menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat dan petani di wilayah ini.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko, Elxsandi Ultria Dharma, S.TP, M.Ec, D.Ev, menegaskan pentingnya kehadiran gudang Bulog di wilayah ini. Menurutnya, ketiadaan fasilitas penyimpanan skala besar seperti gudang Bulog tidak hanya memperlambat distribusi bahan pangan pokok, tetapi juga merugikan petani dalam hal pemasaran hasil panen.

“Sudah saatnya Mukomuko memiliki gudang Bulog sendiri. Kita bukan hanya daerah konsumsi, tapi juga daerah produksi pangan, terutama padi. Letak kita yang jauh dari Kota Bengkulu menyulitkan distribusi dan logistik pangan,” ujar Elxsandi.

Lebih lanjut, Elxsandi menjelaskan bahwa pihaknya tengah menyiapkan surat resmi kepada Bulog untuk mengusulkan pembangunan gudang di Mukomuko. Ia berharap pemerintah pusat melalui Bulog merespons kebutuhan ini secara konkret demi mendukung ketahanan pangan nasional dari tingkat daerah.

BACA JUGA:Mukomuko Bakal Dibangun Gudang Bulog

BACA JUGA:Stabilitas Harga Gabah, Bulog Siap Tampung Gabah Hasil Panen Petani

Tak hanya sebagai sentra padi, Mukomuko juga sedang menggalakkan program satu desa satu hektar jagung yang diinisiasi dan didorong oleh Kepolisian Resor (Polres) Mukomuko. Program ini mendorong setiap desa menanam jagung sebagai komoditas pangan dan industri alternatif. Namun lagi-lagi persoalan muncul, kemana hasil jagung tersebut akan disalurkan jika tak ada fasilitas penyimpanan yang memadai.

“Dengan program satu desa satu hektare jagung ini, kita butuh tempat penyimpanan yang layak dan strategis. Kalau tidak ada gudang Bulog, kemana kita buang hasil jagung itu. Potensi hasil panen bisa mubazir hanya karena tidak ada tempat penyimpanan,” jelasnya.

Selama ini, distribusi bahan pangan ke Mukomuko bergantung pada gudang Bulog yang berada di Kota Bengkulu, dengan jarak tempuh lebih dari 270 kilometer dan waktu perjalanan hingga 7 jam lewat jalur darat. Hal ini menyulitkan distribusi logistik pangan, terutama pada masa-masa genting seperti bencana alam atau lonjakan harga.

"Kehadiran gudang Bulog di Mukomuko diyakini tidak hanya akan memperkuat stabilitas pangan lokal, tetapi juga membuka peluang bagi petani untuk menjual hasil panennya dengan harga yang lebih baik dan tidak tertekan oleh tengkulak," jelasnya.

BACA JUGA:Bulog Serap 104 Ton Gabah Petani

BACA JUGA:Stok MinyaKita Dipastikan Aman, Bulog Ingatkan Jual Sesuai HET

Elxsandi menambahkan, pembangunan gudang Bulog di Mukomuko bukan semata kebutuhan daerah. Melainkan bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ketahanan pangan dari pinggiran.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan