Defisit Kebudayaan: Sastra dalam Bayangan Pasar dan Prinsip 5W-1H

Sabtu 21 Dec 2024 - 19:53 WIB
Reporter : redaksi
Editor : Ependi
Defisit Kebudayaan: Sastra dalam Bayangan Pasar dan Prinsip 5W-1H

Buku yang diterbitkan jarang terjual, apalagi mencetak keuntungan. Tidak ada ekosistem yang menopang dunia sastra. Semua serba-relawan, serba-sukarela, hingga akhirnya serba-diabaikan.

BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN

BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular

Saya bahkan pernah menawarkan kepada siswa untuk ikut membaca puisi di sebuah acara, dan yang terjadi adalah penolakan kolektif.

“Gratis, Pak?” tanya mereka, seperti menegaskan bahwa sastra bukan hanya tak berharga, tetapi juga tak relevan dengan apa yang mereka cari.

Kegelisahan ini semakin pekat ketika saya melihat ironi di balik meja-meja birokrasi. Ada pejabat dinas yang semestinya menjadi pelindung kebudayaan, tetapi justru memperkaya diri melalui kegiatan fiktif.

Stempel palsu menjadi alat legitimasi untuk menguras anggaran yang sebenarnya bisa digunakan untuk membangun ekosistem seni yang sehat.

BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK

BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

Bagaimana sastra bisa bersaing dengan dunia lain yang memiliki struktur dan penghargaan yang jelas, jika yang terjadi adalah pengkhianatan oleh pihak yang seharusnya berperan sebagai penjaga?

Dunia telah berubah. Anak muda kini tidak lagi mau bergerak hanya demi nama besar atau kebanggaan kosong. Mereka mengejar sesuatu yang konkret, sesuatu yang bisa menjadi modal finansial bagi masa depan mereka.

Kursus keterampilan praktis seperti setir mobil, masuk agensi TKI, atau baby sitter lebih diminati karena memberi jaminan pekerjaan.

Di sisi lain, sastra menawarkan apa? Sebuah nilai abstrak yang bahkan tidak dianggap cukup penting oleh penyelenggara acara untuk memberikan sertifikat apresiasi.

BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK

BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar

Saya pernah meminta panitia acara sastra membuatkan sertifikat PDF bagi para peserta, tetapi jawaban yang saya dapat hanyalah seribu alasan penolakan. Bagaimana sastra bisa berdiri sejajar dengan bidang seni lainnya jika penghargaan sekecil itu pun tidak diberikan?

Kategori :

Terkait

Sabtu 22 Mar 2025 - 20:23 WIB

Serambi Mesjid Kami Yang Kotor

Sabtu 15 Feb 2025 - 18:30 WIB

Wajahmu Berbeda

Sabtu 01 Feb 2025 - 20:09 WIB

Maksum Najibut

Minggu 26 Jan 2025 - 20:40 WIB

Natal di Keluarga Barbara

Sabtu 04 Jan 2025 - 18:26 WIB

Rubik Hati Naras