Masjid Luar Batang Saksi Bisu Perkembangan Islam di Batavia

Masjid Keramat Luar Batang. -Andi Muhammad-

BACA JUGA: Industri Indonesia di Tengah Resesi Global

Pada saat bersamaan, jasad tersebut sudah berada di dekat rumah Habib Husein yang bersisian dengan masjid.

Jasad kembali ditandu menuju pemakaman di Tanah Abang, namun ketika jasad akan dikebumikan, lagi-lagi menghilang. Peristiwa itu berulang hingga tiga kali.

Para jemaah dan murid-murid Habib Husein pun bersepakat agar guru mereka itu dimakamkan di tempatnya berdakwah.

Sejak saat itu, masjid yang semula bernama Annur pun diganti menjadi Masjid Keramat Luar Batang dan sang ulama digelari Habib Luar Batang atau Habib Keramat.

BACA JUGA: Bank Indonesia Jamin Utang Luar Negeri Aman dan Terkendali

BACA JUGA: Aristoteles, Penemu Ilmu Mantik, Guru dari Alexander Agung

Saat itu lokasi masjid di dalam peta-peta kolonial abad 18-19 ditandai dengan tulisan heiling graf atau masjid keramat.

Menurut penutur kisah sejarah Jakarta tempo dulu Alwi Shahab, di dalam bukunya Saudagar Baghdad dari Betawi, Kampung Luar Batang sesungguhnya telah ada sejak sekitar 1623, atau beberapa tahun dari berdirinya Batavia sebagai pengganti nama Jayakarta.

Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen mendirikan Batavia pada 1619 lampau sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda yang berada dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.  

Luar Batang, disebutkan mendiang Abah Alwi yang pernah menjadi jurnalis senior harian Republika, merupakan persinggahan sementara para awak dan tukang pribumi yang kapalnya akan masuk ke Pelabuhan Sunda Kelapa.

BACA JUGA:Pecat Dirut RSUD M. Yunus, Gubernur Bengkulu Berpotensi Digugat ke PHI

BACA JUGA:April 2024, Ini Pendapatan Yang Bakal Diperoleh ASN

Saat itu Belanda tidak mengizinkan perahu-perahu pribumi masuk dan keluar pelabuhan pada malam hari.

Di samping itu, perahu-perahu pribumi harus melewati pos pemeriksaan yang letaknya di mulut alur pelabuhan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan