Iklan doni 2

Jejak Cinta

Malik Ibnu Zaman-istimewa-

BACA JUGA:Mendoakan Kematian?

Beberapa bulan kemudian, aku bertemu dengannya di kereta dari Klaten ke Yogyakarta. Dia duduk di sampingku, tampak asyik membaca buku, tidak menyadari kehadiranku.

“Hai, Rahasia,” sapaku pelan.

 Dia menoleh, terkejut, lalu tersenyum. “Hai, Rahasia juga. Sudah lama tidak bertemu.”

Kami berbincang seperti teman lama yang tak sengaja bertemu kembali. Namun, percakapan kami tiba-tiba berubah.

 “Kamu sudah menikah?” tanyanya tiba-tiba.

BACA JUGA:Tirani Biru dan Isinya yang Terbelenggu

BACA JUGA:Dendam Seorang Perempuan

 Aku tertawa kecil. “Pertanyaan macam apa itu?”

“Pacarku adalah buku,” jawabku santai.

Dia tersenyum, tetapi matanya terlihat sayu. Lalu, dengan suara pelan, dia berkata, “Sebenarnya aku pernah menitipkan surat untukmu lewat kawanku. Tapi mungkin surat itu tak pernah sampai. Aku pikir kamu tidak tertarik, jadi aku berhenti datang.”

Kata-katanya membuat dadaku sesak. Sebelum aku sempat menjawab, dia menambahkan, “Aku sudah menikah. Sebulan yang lalu.”

Kereta berhenti di Klaten. Aku segera mengambil tasku dan turun, meski tujuanku sebenarnya Yogyakarta. Aku berjalan tanpa arah, mencoba mengumpulkan serpihan hati yang baru saja hancur.

BACA JUGA:MALING KONDANG

BACA JUGA:Mendoakan Kematian?

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan