Cegah Korban Jiwa dan Benda, Kapolres Tebar Imbauan di Libur Panjang

Kapolres Bengkulu Utara, AKBP Eko Munarianto, SIK-Radar Utara/Benny Siswanto-

Jasadnya diperkirakan terseret air bah sepanjang puluhan kilometer, sebelum akhirnya ditemukan pada pagi harinya. Pihak keluarga bersama warga dan TNI-Polri, pengelola wisata dan unsur pemerintah daerah, terpantau melakukan pencarian penyisiran ke lokasi hingga lewat tengah malam, masuk ke areal wisata yang berada di kawasan hutan lindung. 

Tapi takdir berkata lain, korban yang berusia 18 tahun itu, ditemukan sekitar Pukul 07.00 WIB yang masih dalam pencarian dengan kondisi yang sudah tidak bernyawa. 

BACA JUGA:Mau Berlibur ke Sini Wajib Siapkan Banyak Budget! Berikut Ini Deretan Pantai Termahal di Dunia

BACA JUGA:Penghujung Libur Nataru, VLL TOL Bengtaba Meningkat 70,40 Persen

Pengelola wisata, khususnya wisata alam di daerah, diminta untuk lebih melakukan mitigasi risiko yang salah satunya mencermati kondisi dan perkembangan cuaca dalam aktivitasnya. 

Sebagaimana diketahui, pancaroba cuaca beberapa tahun ke belakang, relatif sulit diprediksi. Baik berapa lama musim kemarau, musim penghujan yang tahun-tahun lampau dapat diperkirakan waktunya. Misalnya, momen penghujan lazimnya tiba pada pengujung Agustus hingga penutup tahun. 

Pejabat ex officio Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkulu Utara, yang juga Sekda Bengkulu Utara, H Fitriansyah, SSTP, MM, meminta agar pemantauan perkembangan kondisi alam, seperti potensi hujan yang otomatis akan berimplikasi pada banjir bandang pada laluan sungai, untuk menjadi cermatan. 

"Antisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir hingga tanah longsor, harus menjadi bagian mitigasi pengelola," ujarnya mengimbau, Selasa, 21 Januari 2025. 

BACA JUGA:Libur Isra' Mi'raj dan Tahun Baru Imlek, Kapolres Pesankan Jangan Ada Korban di Tempat Wisata

BACA JUGA:Libur Panjang, Polsek Ketahun Intensifkan Patroli Objek Wisata

Penguasaan mitigasi kebencanaan yang mengkolaborasikan kemajuan teknologi dan kearifan lokal, menurut Kepala BPBD, masih sangatlah penting. 

Bahkan pengalaman, lanjut dia, dari para pegiat sektor wisata alam, mulai dari pengalaman kejadian khusus seperti kecelakaan, tanah longsor hingga pengalaman melihat kondisi perubahan laluan sungai yang menjadi pertanda alam, ketika akan terjadinya banjir, perlu disosialisasikan kepada para pengunjung. 

"Karena pancaroba iklim saat ini yang relatif tidak terprediksi. Nah bagaimana peranan teknologi dan kearifan lokal ini, perlu menjadi bagian manajemen pengelolaan wisata alam," terangnya menyeru. 

"Hal-hal teknis berdasarkan data seperti BMKG dan informasi seputar mitigasi yang menggunakan pendekatan kearifan lokal juga perlu disampaikan kepada pengunjung," susulnya menjelas. 

BACA JUGA:Libur Panjang, Trafik di TOL Bengtaba Meningkat 24 Persen

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan