Seperti sudah direncanakan, ke enam Mawar Hitam, satu per satu menuju ke Arjuna. Menggoreskan duri mawar hitam pada leher yang bertato. Goresan yang cukup dalam.
Darah merah mengalir perlahan di leher Arjuna. Resepsionis melihat dengan tatapan kosong. Aku terpaku, mulutku terkunci, tidak bisa bicara, kakiku tidak bisa bergerak.
“Daaar, Daaar, Daaar.” Terdengar bunyi guntur yang menggelegar. Hotel bergetar dan bergoyang dengan cukup kencang. Aku pingsan.
Saat siuman, aku sudah berada di ruangan yang serba putih. Aku lihat ada 2 polisi dan satu suster berada di dekatku.
“Aku, dimana?” Tanyaku.
BACA JUGA:Wadaw! Sabtu Ini Listrik di Mukomuko Padam Lagi
BACA JUGA:Duhh, Ada Kabar Kurang Baik Soal 2,3 Juta Formasi ASN, Tes CASN 2024 Ditunda?
“Mbak Gina di rumah sakit.” Jawab salah satu polisi.
“Rumah sakit? Bukankah semalam aku berada di Hotel Mawar Hitam Puncak Pass? Tanyaku.
“Ya…, ini rumah sakit Puncak Pass.” Kembali Pak Polisi menegaskan.
Aku terdiam. Mencoba mengingat ingat.
“Apakah Mbak Gina sudah merasa baikan?” Kembali Pak Polisi bertanya.
Aku menganggukan kepala. Aku ingin segera tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ingatanku masih jelas. Ke Hotel Mawar Hitam Puncak Pass, bertemu dengan 6 Mawar Hitam, berfoto bersama, ke 6 Mawar Hitam menggoreskan duri mawar hitam di leher Arjuna.
BACA JUGA:Gedung Sekolah Tidak Layak Prioritas Perbaikan Tahun 2024
BACA JUGA:Vasektomi Tidak Dilirik Kaum Pria di Mukomuko
“Suster, apakah boleh saya bertanya kepada Mbak Gina?” Tanya Pak Polisi kepada suster.