“Yang ada hanya foto saya sendirian. Sungguh aneh.” Jawabku menambahkan.
“Baik Mbak Gina, untuk sementara, HP Mbak Gina saya pinjam, besok pagi kita bersama ke Hotel Mawar Hitam Puncak Pass dan pekuburan.” Kata Pak Polisi.
BACA JUGA:Usulan BPBD Perbaikan Infrastruktur Ke BNPB Masih Abu-abu
BACA JUGA:May Day, Mahasiswa dan Buruh Turun ke Jalan
Esoknya, sedikit agak siang, Kedua Pak Polisi bersama suster membawaku ke Hotel Mawar Hitam Puncak Pass dan pekuburan Puncak Pass.
Lokasinya, aku hafal betul, dengan berpatokan jembatan di tengah jalan puncak pass. Namun hotel yang aku cari tidak ada.
Tempat yang menurutku hotel ternyata pohon beringin yang sebagian dahannya roboh. Disebelahnya terdapat pekuburan.
“Mana hotelnya Mbak Gina?” Tanya Pak Polisi.
“Rasanya disitu Pak.” Jawabku sambil menunjuk pohon beringin yang dahannya roboh. Pak Polisi melihat pohon beringin tunjuk, mereka saling berpandangan.
BACA JUGA:Wadaw! Sabtu Ini Listrik di Mukomuko Padam Lagi
BACA JUGA:Duhh, Ada Kabar Kurang Baik Soal 2,3 Juta Formasi ASN, Tes CASN 2024 Ditunda?
Di pekuburan, Pak Polisi menerangkan bahwa aku dan Arjuna berada di di atas makam seseorang. Persis, disebelahnya, aku lihat ada 6 makam yang bentuk kayu nisannya relatif sama. Aku dekati, aku baca tulisan.
Jantungku berdebar kencang. Tertulis: Mawar Hitam – Bogor, Mawar Hitam – Bandung, Mawar Hitam – Surabaya, Mawar Hitam -Semarang, Mawar Hitam – Yogya, dan Mawar Hitam – Malang.
Tidak ada tulisan lainnya. Disebelahnya terdapat 2 (dua) galian kubur yang sudah dipersiapkan. Kayu nisan tergeletak disebelahnya dengan tulisan Mawar Hitam-Jakarta dan Arjuna.
Mataku berkunang kunang, bumi berputar. Kembali, aku tidak sadarkan diri.
BACA JUGA:Gedung Sekolah Tidak Layak Prioritas Perbaikan Tahun 2024