BACA JUGA:Wadaw! Sabtu Ini Listrik di Mukomuko Padam Lagi
BACA JUGA:Duhh, Ada Kabar Kurang Baik Soal 2,3 Juta Formasi ASN, Tes CASN 2024 Ditunda?
Pada bagian bawah terdapat gambar bunga mawar hitam disertai tanda tangan Arjuna.”
Hari yang kunanti tiba.
Cuaca tidak begitu bersahabat, sekitar jam 11.00, aku sudah berangkat menuju puncak. Gerimis sudah mulai membasahi jalan sejak dari Gadog. Semakin ke atas semakin deras. Mobil berjalan merayap, antri dengan terpaksa. Entah berapa kilometer panjangnya.
Sekitar jam 20.20., sampai di Hotel Mawar Hitam yang lolasinya tidak jauh dari jembatan di tengah jalan puncak pass. Sepuluh meter darinya, belok kiri, disebelah pohon beringin besar. Hujan mulai reda. Namun, awan hitam masih setia menggelatung di langit. Kilat sesekali menerangi bumi.
BACA JUGA:Gedung Sekolah Tidak Layak Prioritas Perbaikan Tahun 2024
BACA JUGA:Vasektomi Tidak Dilirik Kaum Pria di Mukomuko
Suasana hotel sepi, sunyi. Nyanyian kodok, jengkerik dan bahkan burung hantu tidak terdengar. Pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar hotel kompak berdiam diri, bagai patung.
Tidak ada hembusan angin. Hotel yang aku pikir ramai pengunjung ternyata sepi, hanya beberapa tamu. “Mungkin karena hujan sejak sore.” Pikirku. Tapi suasananya membuat bulu kudukku berdiri.
Aku tunjukkan undangannya di WA kepada resepsionis. Olehnya aku di antar ke ruang pertemuan di Ruang Mawar Hitam 7. Sudah ada 6 orang dalam ruangan, denganku menjadi 7. Wanita semua. Kami berkenalan satu sama lain.
“Mawar Hitam.” Aku memperkenkan diri.
“Mawar Hitam.” Jawabnya.
“Mawar Hitam.” Kembali aku memperkenalkan diri dengan yang kain.
BACA JUGA:Inflasi Tahunan Bengkulu Naik Pasca Lebaran
BACA JUGA:Pansel Umumkan 3 Nama Calon 6 Kepala OPD