“Mawar Hitam.” Jawab yang lain. Sampai 6 kali.
Ternyata 7 orang termasuk denganku, namanya sama Mawar Hitam. Semuanya pakai baju motif mawar hitam, dengan aroma mawar.
Model rambutnya sama denganku, baby bangs. Namun, sorot matanya, kosong. Bicara kalau diajak ngomong, selebihnya diam. Pada tato mawar hitam di leher kanannya seperti ada tetesan darah.
Ke enamnya profesinya sama denganku. Hanya beda lokasi: Bogor, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogya dan Malang. Aku perhatikan perutnya, agak buncit. Hamil. Ya…, hamil semuanya.
Kami bertujuh wajahnya sangat mirip, bak pinang dibelah 7, ditambah lagi dengan pakaian dan parfum yang sama. Kami foto bersama dan juga bertukar nomor HP termasuk nomor HP maminya masing masing.
BACA JUGA:Lihat Rekam Jejak, Rohidin Mersyah Didorong Maju Dalam Pilgub 2024
BACA JUGA:Dukung Pengembangan Ekonomi Syariah
Sudah lewat jam 9 malam, Arjuna belum juga muncul di ruangan. Menurut resepsionis, Arjuna sudah ada di hotel sejak sore hari. “Mungkin ketiduran.” Katanya.
“Mari kita check bersama kamarnya” Kata Mawar Hitam dari Surabaya.
Kami bertujuh disertai resepsionis memeriksa kamar Arjuna.
“Tok…, tok…, tok…” Resepsionis mengetuk pintunya.
“Tok…, tok…, tok…” Resepsionis mengetuk pintu untuk kedua kalinya.
“Tok…, tok…, tok…” Untuk ketiga kalinya tidak ada jawaban.
BACA JUGA:Usulan BPBD Perbaikan Infrastruktur Ke BNPB Masih Abu-abu
BACA JUGA:May Day, Mahasiswa dan Buruh Turun ke Jalan
Dengan kunci duplikat, resepsionis membuka kamarnya. Arjuna tengkurap di tempat tidur. Sepertinya pingsan. Tangan sebelah kanan menggelatung ke lantai. Di lantainya tercecer bubuk putih.