BACA JUGA:Berulangkali Usulan ke Provinsi, Penanganan Jembatan di Lembah Duri Belum Ada Kabar
BACA JUGA:Pilih Paslon Kada Yang Peduli Dengan Masalah BUMN
Di salah satu sisi Jl Pemuda berdiri megah sebuah bangunan tua yang sempat berjaya sebagai hotel mewah di tahun 1900-an bernama Hotel Dibya Puri.
Bangunan yang kini berstatus cagar budaya tersebut, pertama kali didirikan pada 1847 dengan nama Hotel Du Pavillon.
Pada 1913, Du Pavillon sempat menjalani renovasi besar-besaran demi menyambut pameran kolonial terbesar se-Asia Tenggara bertajuk Koloniale Tentoonstelling yang diadakan tahun 1914.
Dalam renovasi yang memakan biaya sekitar 250.000 gulden tersebut, bangunan hotel mulai dilengkapi dengan jaringan listrik yang lebih layak dan penambahan lampu-lampu modern.
BACA JUGA:Menguatkan Perlindungan Konsumen
BACA JUGA: Tidak Perlu Beli Obat di Apotek! Ini Sederet Manfaat Bengkuang Bagi Kesehatan Lambung
Didirikan pula bangunan baru yang terdiri dari 50 kamar di samping bangunan utama.
Setiap kamar didukung dengan sistem sanitasi yang lebih sehat serta dilengkapi dengan perabotan mewah.
Selain itu, ruang makan juga diperluas sehingga mampu menampung 150 orang lengkap dengan pertunjukan live music setiap makan malam.
Untuk menghidangkan sajian yang berkualitas, manajemen hotel sengaja mendatangkan koki utama dari Eropa.
BACA JUGA:IDI di Bengkulu Tahun 2022 Capai 73,23
BACA JUGA:Kementerian Investasi - Kemendagri Perpanjang Kerja Sama Akses Pemanfaatan Data Kependudukan
Demi memberi pelayanan terbaik, pihak hotel tak lupa menyediakan layanan transportasi dari dan menuju hotel.
Setidaknya ada 80 ekor kuda dengan 50 gerbong kereta kuda, serta 12 mobil yang siap mengantar jemput tamu dan bisa disewa tamu untuk bepergian.