Mawar Hitam Berduri

ILUSTRASI Mawar Hitam-pinus.florist-

“Tok…, tok…, tok…” Resepsionis mengetuk pintunya.

“Tok…, tok…, tok…” Resepsionis mengetuk pintu untuk kedua kalinya.

“Tok…, tok…, tok…” Untuk ketiga kalinya tidak ada jawaban.

BACA JUGA:Usulan BPBD Perbaikan Infrastruktur Ke BNPB Masih Abu-abu

BACA JUGA:May Day, Mahasiswa dan Buruh Turun ke Jalan

Dengan kunci duplikat, resepsionis membuka kamarnya. Arjuna tengkurap di tempat tidur. Sepertinya pingsan. Tangan sebelah kanan menggelatung ke lantai. Di lantainya tercecer bubuk putih.

Seperti sudah direncanakan, ke enam Mawar Hitam, satu per satu menuju ke Arjuna. Menggoreskan duri mawar hitam pada leher yang bertato. Goresan yang cukup dalam.

Darah merah mengalir perlahan di leher Arjuna. Resepsionis melihat dengan tatapan kosong. Aku terpaku, mulutku terkunci, tidak bisa bicara, kakiku tidak bisa bergerak.

“Daaar, Daaar, Daaar.” Terdengar bunyi guntur yang menggelegar. Hotel bergetar dan bergoyang dengan cukup kencang. Aku pingsan.

Saat siuman, aku sudah berada di ruangan yang serba putih. Aku lihat ada 2 polisi dan satu suster berada di dekatku.

“Aku, dimana?” Tanyaku.

BACA JUGA:Wadaw! Sabtu Ini Listrik di Mukomuko Padam Lagi

BACA JUGA:Duhh, Ada Kabar Kurang Baik Soal 2,3 Juta Formasi ASN, Tes CASN 2024 Ditunda?

“Mbak Gina di rumah sakit.” Jawab salah satu polisi.

“Rumah sakit? Bukankah semalam aku berada di Hotel Mawar Hitam Puncak Pass? Tanyaku.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan