Tingkat Kepatuhan AMDAL Pengelolaan PLTU Batu Bara Dinilai Perlu Evaluasi

Lokakarya menyusun rencana tindaklanjut pertanggungjawaban korporasi dalam pengelolaan lingkungan berdasarkan hasil riset evaluasi partisipatif-Radar Utara/Doni Aftarizal-

BENGKULU, RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Tingkat Kepatuhan terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Uang (PLTU) batu bara di Teluk Sepang, dinilai perlu dilakukan evaluasi.

Terlebih dari hasil riset evaluasi partisipatif keberadaan PLTU batu bara yang dikelola PT. Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) tersebut, disinyalir tak mampu mengendalikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Ketiga riset yang dimaksud antara lain, yakni pada sisi Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), pembuangan limbah air bahang dan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).

Ini terungkap dalam lokakarya dengan tema menyusun rencana tindaklanjut pertanggungjawaban korporasi dalam pengelolaan lingkungan berdasarkan hasil riset evaluasi partisipatif, yang diinisiasi Kanopi Hijau Indonesia, Selasa 30 September 2025.

Dosen Universitas Bengkulu (UNIB), Liza Lidiawati, S.Si, M.Si yang meriset FABA memaparkan, pembuangan limbah FABA di 13 titik wilayah Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah, menunjukkan adanya pencemaran pada sumber air warga.

BACA JUGA:Gubernur Diminta Tuntaskan Dampak SUTT PLTU Batubara Teluk Sepang

BACA JUGA:Disinyalir FABA PLTU Batubara Dibuang di Pemukiman Warga

"Ini berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap enam sampel air, dimana adanya kadar Chemical Oxygen Demand (COD)," ungkap Liza.

Kader COD, lanjut Liza, jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan, yaitu 10 mg/L. Sampel dari sumur galian mencatatkan nilai tertinggi sebesar 128 mg/L, sementara sumur bor menunjukkan 32 mg/L. 

"Bahkan, air dari genangan di sekitar lokasi warga mencapai 192 mg/L, mengindikasikan pencemaran serius," papar Liza.

Sementara dari sisi kolam pembuangan air bahang, Akademisi UNIB, Dedy Bachtiar menemukan dampak struktur bangunan kolam air bahang, yang diduga memperparah pendangkalan alur pelayaran Pelabuhan Pulau Baai.

“Pendangkalan alur ini sudah tentu menimbulkan dampak ekonomi yang serius bagaimana pasokan BBM bisa terhambat, dan bagaimana warga Pulau Enggano menjerit karena kapal tidak bisa berlayar,” kata Dedy.

BACA JUGA:100 Hari Pemerintahan Prabowo, STuEB Desak Matikan PLTU Batubara

BACA JUGA:Polemik SUTT PLTU Teluk Sepang, ESDM Agendakan Cek Lapangan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan