100 Hari Pemerintahan Prabowo, STuEB Desak Matikan PLTU Batubara

Jejaring STuEB minta Presiden Prabowo Subianto untuk mematikan PLTU Batubara-Radar Utara/Doni Aftarizal-

BENGKULU RU - Dalam momentum 100 hari kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto, jejaring Sumatera Terang untuk Energi Bersih (STuEB) mendesak keseriusan pemerintah untuk mematikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Sumatera.

Bukan hanya itu, pemerintah juga diminta mempercepat realisasi transisi energi, karena penderitan rakyat akibat proyek listrik energi kotor terus berjatuhan.

Koordinator STuEB, Ali Akbar mengatakan, dari sembilan PLTU batubara di Sumatera, terbukti telah memberikan dampak pada kesehatan, ekonomi sosial hingga menimbulkan konflik.

“Tercatat ada 2.803 orang mengalami ISPA, paru-paru, penyakit kulit dan lainnya. Selain itu, dampak juga terjadi di sektor ekonomi nelayan, di mana pendapatan nelayan menurun akibat ikan sudah menjauh ke tengah laut," ungkap Ali.

BACA JUGA:Polemik SUTT PLTU Teluk Sepang, ESDM Agendakan Cek Lapangan

BACA JUGA:Soal SUTT PLTU, Pemprov Bengkulu Dituntut Bersikap Tegas

Menurut Ali, tak cukup sampai disitu, dengan beroperasinya jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang menghubungkan dengan pembangkit jaringan listri, warga seperti di Desa Padang Kuas Kabupaten Seluma juga merasakan dampaknya.

"Dampak itu berupa fenomena rusaknya barang elektronik warga, dan sejauh ini tercatat ada 165 barang elektronik rusak dan 4 orang tersengat arus listrik," kata Ali.

Disisi lain, Ali menyayangkan, beberapa perusahaan pembangkit di Sumatera yang mendapatkan sanksi atas pembuangan limbah FABA, namun upaya peningkatan sanksi malah tidak terlihat. 

"Justru yang terlihat jika pemerintah terkesan memberikan karpet merah bagi perusahaan, dengan menghilangkan kategori FABA menjadi limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)," sesal Ali.

BACA JUGA:KLHK Dituding Lindungi Ketidakpatuhan PLTU Bengkulu

BACA JUGA:Keberlanjutan Operasi PLTU, Pemerintah Pertimbangkan Hal Ini

Sementara itu, Koordinator Wilayah Lembaga Tiga Beradik Jambi, Deri Sopian mengatakan, dampak lainnya berasal dari transportasi batubara dari tambang hingga ke stokfile yang telah memakan korban. 

"Setahun yang lalu, di Jambi terjadi kemacetan selama 20 jam akibat angkutan batubara yang menggunakan jalan umum. Ada 176 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 112 orang meninggal " beber Deri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan