Regulasi Tabrakan Kepentingan Kopdes dan BUMDes

Regulasi Tabrakan Kepentingan Kopdes dan BUMDes-Radar Utara/ Benny Siswanto-
BACA JUGA:Anggaran 20 Persen Ketahanan Pangan Wajib Dikelola Lewat BUMDes, Harus Memiliki Analisis Kerja
"Cuma sayang CEO-nya memimpin tidak lama. Maka ini persoalan dan tantangan yang harus dijawab pemerintah," Rhenald menyeru.
Dia menilai, Pertamina yang kian menunjukkan performanya yang buruk, berujung saat ini terjadi cancel culture pada perusahaan pelat merah di bawah Kementerian BUMN itu, lantaran segudang kasus yang teranyar diduga mengoplos BBM yang bahkan menurut tokoh Jurnalis nasional: Dahlan Iskan, menjadi skandal korupsi paling massif di Indonesia, ketika pandemi Covid -19 yang menyerang hiruk-pikuk global tak dimaknai sebuah kejahatan.
Akibat cancel culture yang terjadi di Pertamina, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU Shell, kian diburu masyarakat, lantaran penilaian positif mulai dari pelayanan dan integritasnya.
Bahkan, kata dia, kucing di SPBU Shell menjadi pemberitaan, karena konon di SPBU itu bersih dari tikus-tikus.
BACA JUGA:Peran TPK dalam Mengelola Program Ketahanan Pangan DD Hanya Sementara, BUMDes Tetap Prioritas
BACA JUGA:Desa Diminta Tak Paksakan BUMDes Bermasalah untuk Kelola Program Ketahanan Pangan
Rhenald Kasali bahkan mencontohkan konsistensi terjadi pada Bank Central Asia atau BCA dipimpin oleh Jahja Setiaatmadja, memimpin bank terbaik di Indonesia itu lebih dari 20 tahun.
Diceritakan Rhenald, Jahja memimpin BCA sejak 2005 sampai tahun 2025. Membandingkan jabatan direktur utama pada perusahaan publik Indonesia, menurut Rhenald sangat tidak lama.
Kuat dipengaruhi oleh rezim. Artinya setiap ganti pemerintahan, maka akan selalu terjadi pergantian pucuk pimpinan pada sektor-sektor yang sebenarnya memiliki velue untuk menjadi sebuah Powerhouse atau lokomotif ekonomi.
"Tergantung dengan jabatan Presiden. Sama juga dengan dunia pendidikan, kalau kita ganti-ganti sesuai dengan usia kabinet, gak jadi tuh pendidikan. Ga jadi tuh pembangunan pedagogik masyarakat," ungkapnya menjabarkan.
"Padahal membangun suatu bangsa itu kita harus konsisten," tegasnya. (**)