Wajahmu Berbeda

Ilustrasi-radarutara.bacakoran.co-

“Ar, Ar, Ardina Cempaka! Aku memang mengapresiasi betul status relawanmu itu dalam mendampingi sobat-sobat difabel, Cuma jangan lantas beralasan demikian untuk diskusi kita malam tahun baru kali ini.” Nadaku agak meninggi pada ujung kalimat. “Lagian, tidak nyambung sama sekali, paham?” tambahku, datar.

“Ok, ok. Kalau kamu nggak suka. Kita ngomongin resolusi setahun kedepan aja, deh!” Tangan berjari lentiknya lincah mengambil sebuah bakwan yang masih panas.

“Resolusi atau makan risol?” gumamku menimpali lalu mengambil sebuah risol mercon di nampan berwarna ungu.

“Kusiram trasi kamu, Mas Praba Kusuma Sulaksana!” geramnya, mulai agak sebal dengan gumamanku.

BACA JUGA:Sekuntum Mawar dengan Tangkai yang Patah

BACA JUGA:Negeri Jenggala

“Maaf, maaf. Aku Cuma meredakan volume pembicaraan. Tadi intensitas di antara kita masih tinggi. Seperti jeda pada tabel akutansi, antara jurnal khusus, saldo, dan kawan-kawannya, obrolan kita sebaiknya sesekali berhenti, ada jeda gitu biar enak ngatur tabel topik berikutnya. Biar nggak kayak metode penelitian quantitatif yang blunder.”

Ardina menatapku tajam.

“Kamu malah ngelantur! Tak bedanya dengan pemabuk, Mas.” Ucapnya, singkat.

“Eh, iya, ya?” Tanpa terduga, gadis seperempat abad itu menjejalkan sebiji mendoan di mulutku, memaksanya masuk, buatku kelagapan sebab masih ada sisa risol di ujung tenggorokan.

BACA JUGA:Maksum Najibut

BACA JUGA:Tanah Kuburan Mbah Bendera

Mau tidak mau, obrolan berhenti. Aku dan Ardina sibuk dengan beragam sajian angkringan di hadapan. Mendoan, bakwan, tahu susur, risol mercon, risol mayo, sate usus, sate keong, sate telur gemak, dan masih banyak lagi.

Add list pokoknya dalam makanan yang akan menemani obrolan malam hari ini.

Adapun pengunjung lain, abai sama sekali dari perhatian. Dunia ini kita yang punya, kalau kata “Kasablangka” salah sebuah lagu gubahan Nuha Bahrin dan Naufal Azrin dari Negeri Jiran.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan