Sekuntum Mawar dengan Tangkai yang Patah

Ilustrasi-pixabay.com-
Perdebatan terus bergulir. Beragam bukti dan alasan telah Rizqita uraikan dengan detail. Sahabatnya itu mengungkapkan bahwa Sisha memang bersalah, tapi sekarang sangat tulus untuk hijrah. Sayangnya Lana tetap jengkel dan kokoh pada prinsipnya.
BACA JUGA:Natal di Keluarga Barbara
BACA JUGA:MAKAM KERAMAT BAH UYUT
"Sudah Lana. Cukup kataku" Bu Darmi menengahi debat itu. "Kau bukan wanita yang melahirkannya. Kau tak bakal paham perasaan ini. Sekarang kita sudah bersatu. Lupakan masa lalu. Besok idul fitri dan mari saling memaafkan."
Kata kata ibunya tak bisa Lana ganggu gugat. Ia meredam emosinya. Dengan diam, dia keluar rumah untuk mencari udara segar.
*
Pagi usai salat ied, sang ibu sangat gembira melaksanakan ibadah tahun ini bersama putrinya. Raut wajah Bu Darmi juga berangsur angsur cerah.
Di dapur, ketiga perempuan itu menyiapkan segala cemilan dan makanan untuk menyambut tamu saat datang berkunjung. Di luar Lana terlihat tengah sibuk menyapu karpet.
Rencananya saat hidangan sudah selesai tersaji di beranda depan, sebelum pintu dibuka terlebih dahulu semua keluarga akan bermaaf-maafan di sana. Hal ini sudah bagian dari tradisi.
BACA JUGA:Negeri Jenggala
BACA JUGA:Maksum Najibut
"Bu. Kayunya hendak habis. Jika begini opornya akan kurang empuk. Biar ku panggil kakak untuk mengambil kayu bakar lagi" kata Sisha.
"Ah tak perlu. Jangan ganggu mood kakakmu. Biar dia selesaikan urusannya itu" jawab Bu Darmi sambil berjalan keluar. "Aku saja"
Bu Darmi berjalan ke samping kontrakan hendak mengambil kayu bakar. Dekat dengan sungai dan sedikit curam, Bu Darmi menuruni lingkungan itu dengan hati-hati. Tiba tiba seekor ular kecil menyelusup di antara jari kakinya. Bu Darmi kaget dan membanting diri ke arah kanan.
Ia teriak kencang.