SANG PELATIH

Ilustrasi-radarutara.bacakoran.co-

Ibarat petani yang sudah menyemai, menanam, dan merawat tanaman di sawahnya yang terkenal tandus. Hanya menunggu waktu untuk dipanen.

Tetiba Sang Pelatih menghilang. Begitu kira-kira berita yang Budi baca di banyak media. Semua platform berita hampir beberapa hari ini membicarakan Sang Pelatih.

BACA JUGA:Sungai Yang Meminta Kedatangan

BACA JUGA:Rubik Hati Naras

“Dua bulan lagi menghadapi Tim Eropa, Sang Pelatih Didepak” begitu kepala berita media olah raga terkenal di negeri ini menuliskan. Tidak mau kalah, media yang lain menuliskan “Akankah Tim Kembali Ke Stelan Pabrik?”.

Sebenarnya berita kepergian Sang Pelatih tidak jelas. Apakah dia dipecat? atau mengundurkan diri? Apakah dia amat sangat tertekan sehingga harus mundur ataukah ada tawaran dari tim lain yang lebih tinggi gajinya.

Budi tidak perduli sebetulnya, baginya, apa pun alasan dan latar belakang Sang Pelatih pergi berarti sebagian dunia Budi hilang.

Dia tidak bisa lagi memperoleh informasi penting atas taktik, analisis, dan omelan-omelannya. Begitu Budi mengenang Sang Pelatih.

Sang Pelatih meninggalkan tim yang sedang bagus dianggap sebagai bentuk pengecut dan tidak bertanggung jawab.

BACA JUGA:SESUATU DALAM MAHKOTANYA

BACA JUGA:Celurit Matrah

Beberapa pandangan miring atas kepergian Sang Pelatih mengundang polemik yang berkepanjangan. Sang Pelatih dianggap terlalu egois, diktator, dan tidak bisa berkomunikasi.

Banyak pemain yang dulu tidak mendapatkan tempat di tim sekarang berkoar-koar bahwa Sang Pelatih adalah sosok jahat, galak, dan pelatih yang tidak bisa bergaul.

Budi terdiam saat teman-temannya membicarakan Sang Pelatih tanpa tedeng aling-aling, terlalu frontal, dan terkesan menghakimi.

Dalam pikirannya, Budi berharap dapat bertemu dengan Sang Pelatih. Dia ingin meminta klarifikasi atas kepergiannya. Budi masih ingin bersamanya untuk pentas di turnamen paling akbar tahun depan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan