SANG PELATIH

Ilustrasi-radarutara.bacakoran.co-

Apalah daya, bagi Budi, dia adalah seorang pemain biasa yang tidak memiliki kekuatan apa pun untuk mengubah ini semua.

BACA JUGA:Defisit Kebudayaan: Sastra dalam Bayangan Pasar dan Prinsip 5W-1H

BACA JUGA:Kembali ke Laut

Dia hanya berharap, berharap, dan terus berharap. Semoga harapannya tidak menggantang asap, tetapi berbuah menjadi kenyataan.

Bukankah prestasi besar itu lahir dari sebuah mimpi yang besar? Dan mimpi besar itu harus berada pada proses yang besar juga? Ini keyakinan Budi. Dia yakin bahwa proses jelas tidak akan mengkhianati hasilnya.

Tapi, Sang Pelatih telah mengkhianatinya. Apakah demikian? Budi tidak tahu.

“Hei, You. Nama kamu siapa?” ujar sosok laki-laki paruh baya dengan kacamata dan topi berwarna putih.

“Saya Budi, Coach!” ujar Budi.

BACA JUGA:Natal di Keluarga Barbara

BACA JUGA:MAKAM KERAMAT BAH UYUT

“You, kalau mau melamun jangan di sini. Latihan yang serius. Paham!”

“Baik, Coach.” Jawab Budi singkat.

“Kalian di sini adalah pemain bola, bukan pemain drama. Lupakan Sang Pelatih yang pergi meninggalkan kalian. Sekarang ada aku yang akan membawa banyak trofi dan kemenangan” ungkap laki-laki itu sambil berapi-api.

Ternyata laki-laki itu adalah pelatih baru yang telah menggantikan Sang Pelatih. Konon dia pernah melatih banyak tim bagus di benua biru.

Banyak tim yang ditanganinya menjadi juara dan mendapatkan banyak trofi. Laki-laki itu dulunya adalah pemain yang hebat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan