Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
Ilustrasi Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular -Fileski Walidha Tanjung -
BACA JUGA:POHON JAMBU WARISAN SI MBAH
BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu
Hari demi hari berlalu, Marni tetap teguh dengan ambisinya membangun harapan di desa. Pelan tapi pasti, uang tabungannya semakin banyak.
Ia gunakan untuk beli tanah, membangun rumah. Juga memperbaiki rumah orang tuanya di desa. Sementara rumah mewah yang ia bangun, ditempati anaknya. Sampai kontraknya habis sebagai TKW.
*****
Sepulang ia ke desa. Menyandang status sebagai janda kaya. Kembali kita bahas Sumarni, kini ia berusia 55 tahun. Usia yang sudah tidak lagi muda.
Namun gayanya masih seperti wanita usia 25. Ia merasa hampa, semua harapan sudah diraihnya, rumah mewah, punya tanah, emas dan tabungan, semua telah didapatkan. Namun tanpa ia sadari, ia telah kehilangan satu hal yang paling berharga, yaitu waktu.
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, rasa-rasanya baru kemarin ia sebagai seorang remaja desa yang merantau di Jakarta. Tau-tau hari ini, usianya sudah kepala lima.
Dengan anaknya pun, ia kurang akur. Setiap melihat anaknya, teringat dendamnya pada mantan suaminya yang telah menghianatinya. Hari-hari selalu terdengar ia bertengkar dengan anaknya yang laki. Bahkan seringkali anaknya tidak pulang, karena tidak kerasan tinggal di rumah mewah itu.
Didera kesepian dan kehampaan, sendirian di rumahnya yang besar, mengadu ia pada Tuhan. Jiwanya masih muda, belum sempat menikmati indahnya kehidupan, tapi usianya sudah senja.
Ia yakin Tuhan bakal kasihan padanya. Tiga hari tiga malam ia menangis di dalam kamarnya yang mewah. Dari jendela kamarnya, terlihat cahaya menyilaukan.