Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular

Ilustrasi Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular -Fileski Walidha Tanjung -

BACA JUGA:POHON JAMBU WARISAN SI MBAH

BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu

Keakraban mereka menumbuhkan cinta. Rasa saling membutuhkan, rasa saling ketergantungan. Akhirnya mereka berdua menikah.

Kerasnya Jakarta telah mempertemukan dua hati dari Sragen dan dari Kebumen. Awalnya kehidupan mereka normal-normal saja.

Marni dengan rutinitas kerja di rumah majikannya, dan Harjo dengan kesibukan sebagai satpam di bank. Setelah menikah, tak ada perubahan yang berarti. Bahkan beban hidup bertambah, setelah mereka berdua mempunyai anak. 

Gaji bulanan dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan, belum lagi harus kirim uang untuk orang tua di desa. Dalam kondisi terdesak ekonomi, Marni bertahan sampai anaknya lepas menyusui.

BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK

BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

Kemudian mengirim anaknya ke desa, agar dirawat neneknya. Satu masalah terselesaikan, namun tetap saja belum begitu mengurangi beban ekonomi. 

"Jika begini terus, kapan kita bisa jadi orang kaya mas?" celetuk Marni kepada suaminya.

"Ya mau gimana lagi, di sini kita cuma buruh, mana mungkin bisa jadi kaya, kalau pura-pura kaya mungkin masih bisa, misalnya waktu mudik kita sewa mobil, biar tetanggamu di desa melihat kita seperti orang sukses dari perantauan" jawab Harjo.

"Maksudmu mas? Kita boleh miskin tapi sombong gitu ya?" ekspresi Marni heran. 

BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK

BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar

"Ya begitulah nasib wong cilik di ibu kota, yang tersisa hanya harapan dan kebanggaan ketika pulang lebaran, tidak perlu punya angan-angan yang ketinggian" 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan