Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar
Ilustrasi-Fileski (W.Tanjung Files)-
Cerpen: Fileski W Tanjung
Suara kokok ayam membangunkan, ketika sang penguasa hari masih enggan menampakkan wajahnya yang berseri-seri, pijarnya masih bersembunyi di balik ekor sang malam. Di ufuk timur terlihat sang Kejora menari-nari menemani paginya yang masih buta.
Setiap kali melihat planet kedua di tata surya itu, ia sangat ingin pergi ke Venus. Pikirnya, disana mungkin ada kehidupan, yang lebih baik dari kehidupannya di rumah ini.
Terlahir dari keluarga miskin, seorang anak SD yang bercita-cita ingin jadi Astronot. Sepertinya mustahil, tapi kehidupan ini ajaib, kadang hal yang tidak masuk akal sekalipun, bisa terjadi ketika Tuhan telah berkehendak.
Dengan cahaya yang masih temaram, dan embun pagi yang enggan pergi lewat celah jendela. Menggunakan kain lusuh, namun bersih sehabis dicuci kemarin, ia mengelap daun daun pisang itu dengan tekun, yang akan dijual ke pasar sebagai bungkus makanan.
BACA JUGA:Love or Ghosting
BACA JUGA:ULAR BERWUJUD MANUSIA
Setidaknya daun daun pisang itu menjadi sedikit penolong kebutuhan hidup, meski hanya cukup untuk memanjangkan nafas.
Kini ia tinggal anak satu-satunya di rumah yang membantu bapak dan ibunya. Kakaknya pergi merantau ke kota besar. Sesekali kakaknya mengirimkan uang setiap awal bulan, namun sering juga tak ada kiriman.
Ibunya memaklumi saja, hanya mendoakan semoga selamat, sehat, dan selalu dimudahkan di tanah perantauan. Tak bisa diharapkan memang. Namun apa boleh buat, hidup harus terus berjalan.
Usai mengelap daun-daun pisang, Tono langsung pergi untuk mandi dan berangkat ke sekolah. Tono berangkat ke sekolah diantar bapaknya, sembari membawa daun pisang untuk dibawa ke pasar, dijual.
Dengan sepeda motor buntut, yang sebetulnya sudah waktunya ganti skok dan setir depan yang tidak stabil. Motor itu terus melaju menerjang lika liku jalan makadam yang tak kunjung tiba kapan jadwal pengaspalannya.
BACA JUGA:JODOHMU ADALAH SIAPA DIRIMU
BACA JUGA:DEBAT ORANG-ORANG BISU