Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
Ilustrasi Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular -Fileski Walidha Tanjung -
"Tidak bisa mas, kita harus jadi orang kaya, aku tidak mau hidup di pemukiman kumuh ini sampai tua, aku tidak mau mati di gang sempit yang banyak tikusnya ini, kita harus mengubah nasib mas!!!" pungkas Marni dengan berapi-api.
Keputusan Marni untuk mendaftar di PJTKI, menjadi solusi yang tak terelakkan lagi. Sepertinya hanya itu solusi untuk bisa dapat uang banyak, bisa bangun rumah mewah, mengandalkan kurs mata uang asing, meskipun hanya bisa menjual jasa sebagai pembantu rumah tangga.
Artinya kedua pasangan suami istri itu harus berpisah, demi cita-cita mereka bisa hidup layak di kemudian hari. Harjo tetap tinggal di Jakarta, sedangkan Marni merantau di Hongkong.
BACA JUGA:Love or Ghosting
BACA JUGA:ULAR BERWUJUD MANUSIA
Dua tahun setelah mereka terpisah jarak. Komunikasi semakin renggang. Kebutuhan ekonomi membuat mereka tak merasakan lagi romantisme dan kerinduan layaknya sepasang kekasih.
Harjo sebagai lelaki normal, yang tentu secara biologis setiap tiga hari spermanya penuh, membutuhkan sosok perempuan untuk memenuhi kebutuhan. Singkat cerita, Harjo menikah secara siri dengan seorang wanita lain. Kabar itu pun terdengar Marni.
Harapan yang mereka cita-citakan harus kandas oleh keadaan. Kini sudah tak ada lagi nama Harjo di daftar rencana masa depan Marni.
"Tega sekali kamu mas! aku di sini kerja keras cari uang untuk tabungan masa depan kita, agar bisa hidup layak, punya rumah bagus, hidup tenang di desa, tapi kenapa kamu menikah lagi?" dengan nada meninggi, Marni marah pada suaminya via telepon.
BACA JUGA:JODOHMU ADALAH SIAPA DIRIMU
BACA JUGA:DEBAT ORANG-ORANG BISU
"Maaf dik, aku sudah tidak kuat hidup tanpa perempuan, bukan harta yang aku cari, aku butuh kasih sayang, buat apa banyak uang kalau harus dipisahkan keadaan, bukankah lebih enak selalu bersama meski hanya bisa makan nasi dan garam saja" bantah Harjo.
"Oke kalau itu pilihanmu mas, aku tidak mau dipoligami, aku mau cerai! Dan aku minta hak asuh anak kita!" Marni sudah tidak bisa membuat Harjo meninggalkan wanita pilihannya, keduanya sudah tidak satu tujuan. Konsep rumah tangga yang Harjo utarakan sangat bertentangan dengan tujuan dan harapan Marni.
Kepulangan Marni saat lebaran kali ini, tanpa suaminya. Sekaligus ia mengurus perceraian dan meminta hak asuh anaknya, dengan alasan Harjo tak mampu menafkahi istri dan anaknya.
Hak asuh pun dimenangkan Marni dan mereka berdua resmi cerai. Berakhirlah kisah cinta antara Suharjo dan Sumarni.