Belenggu Sistem

Khaerul Majdi-ist-
Cerpen : Khaerul Majdi
Apa alasan yang bagus untuk menutupi kesalahan ini, ucap Moi. Laki-laki beralis tebal dan berbadan ectomorph itu kalang-kabut bak seekor binatang buruan yang ketakutan.
Mukanya memerah seperti orang yang baru saja menyantap sepiring sambal. Kasus yang menjeratnya satu bulan lalu itu akan membuatnya kehilangan jabatan utama di pemerintahan dalam beberapa hitungan waktu saja.
Ini bukan kali pertama. Tapi, ini kasus yang kesekian kali yang menyeret namanya. Meskipun demikian, ia tetap lolos dari setiap kasus itu sebelum Jaksa Amir menjadi Kepala Kejaksaan.
Ia seperti rusa rimba yang pandai mencari jalan keluar agar terhindar dari bedil penebusan para pemburu. Namun sekarang, kepandaiannya bagai tumpul jarang diasah hingga ia merasa todongan bedil sedang memagari kepalanya untuk dimintai tebusan.
BACA JUGA:Cecep Ingin Menjadi Kaya
BACA JUGA:Ibu, Pematang Sawah dan Cerita Seorang Gadis
Di dalam sebuah ruangan tertutup, orang-orang di sekelilingnya juga kalut. Sementara, Jaksa Latif sedang mencari cara agar kasusnya tidak dicuat di pengadilan. “Berapa yang harus aku bayar?” sepertinya Moi tidak memiliki cara lain selain itu.
“Uang tidak bakal cukup membantumu, Moi,” Jaksa Latif mengambil alih pembicaraan setelah beberapa menit hening, “lawanmu bukan orang sembarangan. Dia orang yang bengal, tidak mau disuap berapapun.”
Sementara itu, Jaksa Amir, Kepala Kejaksaan sedang menyelidiki kasus Moi. Bersama beberapa rekannya, ia bertemu dengan salah seorang pejabat penting.
Di sela-sela pembicaraannya, orang itu mengatakan bahwa kasus Moi melibatkan beberapa orang penting di pemerintahan dan kejaksaan, termasuk juga adik kandung Jaksa Amir yang bekerja sebagai staf di kejaksaan.
BACA JUGA:Dendam
BACA JUGA:Di Balik Pintu Hotel Melati
Jaksa Amir terperanjat. Apakah ia tega adik kandungnya juga ikut masuk bui jika ia meneruskan penyelidikan kasus Moi. Ia gamang. Baru kali ini ia mendapati kasus seberat ini.
“Dari mana Pak Sarni tahu kalau adik saya juga ikut terlibat?”