Diantaranya 2 segmen yang belum bergerak yaitu Segmen Siberut dan Segmen di Banten-Selat Sunda. Dalam catatan, sudah pernah bergerak, seperti yang di Banten dan Selat Sunda sudah bergerak, di tahun 1804 yang menyebabkan gempa di Jawa Tengah.
Kemudian juga menyebabkan gempa dan tsunami di Jawa Timur pada tahun 1818, 1840, di Jawa Barat tahun 1859 dan terakhir 2006.
Dalam warta yang dilansir RU pada Maret 2024, Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Bengkulu, Anang Anwar, tak menampik soal potensi gempa besar di Bengkulu yang berkekuatan hingga di atas 8 magnitudo tersebut, memang ada. Ilmiah dan sudah dipetakan.
BACA JUGA:Sesar Semangko, Pemicu Gempa di Pulau Sumatra
BACA JUGA:BPBD Susun Draf Dokumen Kontijensi Bencana Gempa dan Tsunami
Lebih detil lagi, dijelasnya, potensi itu baik dari Megathrust Enggano, begitu juga Megathrust Mentawai-Pagai memiliki dampak yang cukup serius, ketika benar-benar terjadi.
Namun, kapan waktunya belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara pasti. Begitu juga kekuatannya persisnya saat terjadi, belum ada satu alat pun di dunia ini yang bisa diprediksi.
Di dalam ketidakpastian itu, yang paling penting, terusnya, kita siapkan adalah usaha mitigasi. Hal penting lainnya adalah menetapkan standar kekuatan bangunan. Pemerintah membuat aturan ketat yang mensyaratkan bangunan baru untuk bisa bertahan dari gempa berkekuatan M=9,0.
"Di Indonesia, zona rawan gempa dan tsunami sudah dipetakan," ungkapnya lugas.
BACA JUGA: Penyusunan Dokumen Kontijensi Bencana Gempa dan Tsunami Libatkan BNPB
BACA JUGA:BPBD Susun Dokumen Kontinjensi Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami
Pertanyaanya, sudah tersosialisasikah kepada masyarakat yang terpapar langsung? Sudah siapkah semua komponen menghadapinya? Sudah berapa kali kita melakukan simulasi (drill)?
"Jangan sampai ribuan nyawa kembali hilang, kemudian sibuk sesaat dan kembali lupa," pungkasnya. (*)