Pasalnya, hingga saat ini pendekatan teknologi kegempaan, baru sebatas mendeteksi patahan-patahan, periodisasi hingga potensi gempa yang akan terjadi. Sedangkan, waktu pastinya mulai dari tahun, bulan, tanggal atau jam, belum dapat dilakukan.
BACA JUGA:BPBD Susun Dokumen Kontinjensi Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami
BACA JUGA:Hunian Pekerja Konstruksi Berteknologi Mobox di IKN, Efisien dan Tahan Gempa
Lebih jauh, dari keseluruhan segmen-segmen gempa yang telah dicatat. BMKG menyoroti 2 patahan yang didiagnoas belum terdapat pergerakan.
Keduanya, selain Megathrust Mentawai-Siberut yang saat ini diperkirakan memasuki fase pengulangan gempa. Berikutnya adalah Megatrust Banten-Selat Sunda yang sudah memasuki masa pengulangan.
"Jadi jalur gempa ini bukan satu lengkungan gitu ya. Tapi menjadi segmen-segmen atau patahan gempa. Nah seluruhnya sudah bergerak. Hanya saja 2 segmen ini (Mentawai-Siberut dan Banteng-Selat Sunda) ini belum," ungkapnya, menginformasikan.
Disinggung soal persiapan dan antisipasi, Dwikorita menyampaikan secara teknis, pihaknya telah menyiapkan deteksi dan monitoring.
BACA JUGA:Bengkulu Didominasi Gempa Dangkal. Ini Kata BMKG...
BACA JUGA:Momentum Hari Pramuka RADARUTARA Mengajak masyarakat Amalkan Dasa Darma dan Tri Satya
Termasuk di dalamnya, lanjut dia lagi, adalah soal peringatan dini, sengaja dibangun untuk menghadapi gempa megathrust yang menjadi bagian faktor geografis Indonesia.
Secara keilmuan, Dwikorita menjelaskan, Megathrust sendiri merupakan zona tumbukan lempeng antara lempeng kerak samudera Indo Australia yang menghujam Lempeng Benua Eurasia yang berada di kedalaman 30-40 kilomoeter (klasifikasi dangkal).
Dia mengatakan, akibat aktivitas lempeng itu dapat mengakibatkan terjadinya patahan naik yang memicu terjadinya guncangan gempa kekuatan beragam, mulai dari lemah, hingga mencapai 8,5 bahkan hingga 9,1 seperti yang pernah terjadi di sebelah barat Aceh pada 2006 yang menyebabkan tsunami.
"Tanda-tanda megatrust, sudah terjadi beberapa kali di beberaap patahan. Karena zona ini, terdiri dari beberapa segmen, bukan seperti lengkungan penuh. Jadi bergeraknya tidak serentak sekali bergerak, tapi beberapa bagian.
BACA JUGA:Gempa Rentan Terjadi, Tak Berpotensi Tsunami
BACA JUGA:BREAKING NEWS : Jelang Buka Puasa, Gempa Guncang Bengkulu Utara
Apakah sebelumnya sudah pernah bergerak? tanya Dwikorita yang langsung dijawabnya "Pernah!". Penegasan Dwikorita ini berdasarkan data-data catatan kegempaan.