Asap mulai masuk. Dago mengajak Mira keluar.
"Aku akan serahkanmu dalam duelku dengan pujaanmu"
Pada keadaan ini entah denyutan apa yang melesak dalam kalbu Mira. Ia serasa tak ingin keluar dan tetap bersama Dago. Ahh. Mengapa tumbuh pada titik demikian. Jiwa Mira berontak tapi makin terseret ke pusaran kesalahan. Jujur, perhatian Dago itu menyiksa hati Mira sekarang.
BACA JUGA:Jangan Sebarangan Pakai Air Biasa ! Ini Manfaat Air Radiator Mobil Menggunakan Coolant
BACA JUGA:Taukah Anda Ternyata Daun Beluntas Menyimpan Berbagai Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh Kita.
Mira menahan tangannya saat dipegang Dago menuju pintu utama.
"Jangan keluar" kata Mira lirih.
"Hah??? Apa??" Dago tak mendengar karena suasana depan dan samping makin keruh dan panas.
Mira diam. Bingung melandanya.
Sampai diteras tampak 20 orang lebih sedang menunggu lengkap dengan pentungan bisball. Tepuk tangan muncul dari Balat si penghianat. Dialah yang membawa Anjar, Demian, dan orang orangnya ke sini.
"Luar biasa, Balat. Luar biasa" Dago menggeleng tak percaya.
"Bukan aku kawan, tapi The Kill. Kau sudah loyo tak seperti dulu. Aku juga muak dengan perempuan itu. Tapi semua muak itu tak ada apa apa ketimbang malu ku karna pemimpin macam dirimu" tunjuk Balat dengan pentungan.
Sementara berdebat mulut, Mira menatap bahagia kepada Demian. Tapi wajah Mira merasa kecut dengan ekspresi datar Demian.
"Demian, selamatkan aku" teriak Mira meminta bantuan.