Cerpen: Walidha Tanjung Fileski
Rembulan tampak bulat terang dari barat, mengintip dari balik pohon trembesi. Kabut mulai turun, menambah hening suasana desa di malam ini.
Meskipun malam hari, tetap tampak dari kejauhan terlihat bukit, ladang, dan sawah-sawah bermandi cahaya purnama. Di desa ini, segalanya aman, tentram, subur dan makmur, tak ada perselisihan.
Semua harmoni menjalani tuntunan agama dan keyakinan masing-masing, meskipun berbeda-beda namun semua merujuk pada Ketuhanan Yang Maha Esa, membuat masyarakat di desa ini bisa hidup rukun dan damai.
Kehidupan rukun ini tidak serta merta ada karena aturan dan hukum adat yang sudah melekat, namun lebih pada kebiasaan masyarakat yang mampu menahan diri untuk hidup sederhana dan secukupnya.
BACA JUGA:Ini Simulasi Kredit di SPinjam Shopee, Mulai dari 1 Juta Sampe 5 Juta
BACA JUGA: 7 Warga Positif DBD, V Koto Disemprot Asap
Dalam arti tidak berlebih-lebihan. Semuanya hidup bersahaja, baik dari kalangan masyarakat hingga para pejabatnya.
Salah satunya Ki Lurah Balong Asri. Ia adalah sosok yang sangat arif, bijaksana serta adil. Ia dipercaya masyarakat sebagai orang yang sakti, memiliki ilmu yang mampu memimpin masyarakat desa ini sehingga semua jadi rukun dan damai.
Ia sosok pemimpin yang berbudi luhur, dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang bersahaja dan suka membantu, terutama kepada orang-orang miskin.
Dia lebih mementingkan kepentingan masyarakat daripada urusan pribadi. Itulah mengapa desa ini dikenal subur, makmur, aman sentosa, gemah ripah loh jinawi.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Sambut Jemaah Haji di Bengkulu, Ambulan Standby di Bandara
BACA JUGA:Ancaman Perang Dunia III Kian Nyata, Kehancuran Dunia Seperti di Ujung Tanduk
Ki Lurah Balong Asri memiliki tiga pusaka berupa keris. Pertama bernama Keris Naga Ratnala, yang artinya Keris Naga Berlian.
Keris ini dikenal karena bilahnya yang berkelok-kelok indah menyerupai tubuh naga. Pamornya berkilauan seperti berlian, diyakini memancarkan cahaya terang saat digunakan dalam situasi genting.