RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Lonjakan harga pakan, kian menempatkan sektor bisnis perikanan masyarakat terus terpuruk.
Bayang-bayang monopoli harga ikan sampai dengan pangsa pasar yang terkesan tidak menjadi prioritas pemerintah, kian membuat pelaku usaha perikanan darat ini kelimpungan.
Pemerintah diminta untuk mengambil langkah-langkah strategis, layaknya sektor lain.
Seperti perikanan dan lainnya dengan sebuah program yang konkret dan berimbas langsung pada masyarakat, khususnya petani perikanan darat.
BACA JUGA:Oktober, Produk Tanpa Sertifikasi Halal Ditarik dari Pasaran
"Kami ini berharap, ada semacam subsidi dari pemerintah. Subsidi itu khususnya untuk pakan," ungkap Supardi, petani perikanan darat di Desa Sumber Rejo Kecamatan Hulu Palik, Bengkulu Utara.
Dia menceritakan, sejak lebih kurang 10 tahun silam menggarap bisnis ini, ditengarai produktifitas hasil bisnis perikanan darat kian saja merosot.
Mengawali harga pakan seharga Rp 260 ribu perkarungnya, dan terus melonjak dan saat ini nyaris menyentuh harga Rp 400 ribu perkarungnya.
Ditambah lagi ketiadaan kepastian pangsa pasar yang mendukung bisnis penduduk, menjadi persoalan yang mestinya dipecahkan pemerintah.
BACA JUGA:5 Merk Produk UMKM Ini Didaftarkan Ke Kemenkumham Indonesia
BACA JUGA: Pemkab Mukomuko Segera Tunjuk 37 Penjabat Kepala Desa
"Gimana, kita petani mau berhasil. Jika pangsa pasar sangat sulit. Karena ga mungkin, kita panen 5 hingga 10 ton, harus jual ngecer sendiri. Ini persoalan di sektor perikanan darat saat ini," ujarnya.
Dia menceritakan, melihat fakta hasil, biaya operasional, pemeliharaan hingga panen, kini lebih memilih menggunakan pakan yang relatif memiliki kualitas rendah.
Ketika tetap menggunakan pakan dengan kualitas baik, sembari menyebut merek pelet ikan, Adol, begitu dia disapa, beban operasional dengan hasil panen justru akan kian menenggelamkan petani perikanan darat.