"Sudah tidak ada hasil lagi. Balik modal aja sulit. Bonyok," ungkapnya, serius.
BACA JUGA:Dikomandoi Ajis, Lubuk Lesung Sukses Lakukan Titik Nol dan Realisasi Program Ketahanan Pangan
BACA JUGA: Warga Jangan Lengah, Ternyata, Bahaya Demam Berdarah Juga Mengancam Otak
"Subsidi pemerintah, memang harus dilakukan untuk pelet," serunya, mengulang.
Tak beda, ungkapan kritis juga disampaikan Sudarman (62), petani perikanan darat di wilayah Kecamatan Arma Jaya.
Menurutnya, Pemda Bengkulu Utara yang mengklaim sebagai salah satu basis produsen perikanan darat di Provinsi Bengkulu, sudah harus mengambil langkah yang lebih serius.
Bekas birokrat ini menyampaikan, selain petani ikan darat dihadapkan dengan monopoli harga saat panen.
Kondisi itu disebabkan, lantaran kepastian pangsa pasar mirip-mirip dengan kasus yang terjadi pada kalangan petani palawija, menjadi persoalan.
BACA JUGA: Dinas Pertanian Segera Kerjakan Proyek Penunjukkan Langsung dan Swakelola
BACA JUGA:Menjaga Kesehatan Mata hingga Memelihara Kesehatan Jantung, Berikut 8 manfaat dari sayur gambas!!
"Kami ini, kalau tidak menggunakan pakan dari sumber tertentu, maka akan sulit menjual ikan waktu panen," bebernya.
Petani dihadapkan dengan sulitnya melakukan langkah-langkah otonom. Sementara, ketika menggunakan pakan yang walaupun membayarkan pascapanen, kata dia, juga dihadapkan dengan pengenaan selisih harga mulai dari pakan dan ikan yang dijual.
"Jadi kami ini kena kiri kanan. Ya di pakan. Ya di harga. Kalo kami beli pakan sendiri, sudah pasti, pasti, sulit menjual hasil panen. Sekarang ini, dimana kalo mau jual ikan 8 ton sendiri?" ungkapnya.
Dia menengarai, kondisi yang sama bahkan terjadi di kawasan Minapolitan, Padang Jaya yang menjadi basis budidaya perikanan darat.
BACA JUGA:Wajib Dicoba! Ini 5 Makanan Sarapan yang Dapat Membuat Kulit Menjadi Sehat dan Glowing
BACA JUGA:Para Wanita Harus Tahu! Ini 15 Rekomendasi Merk Parfum Wanita yang Wanginya Tahan Lama