RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Paceklik pangan, masih menjadi ancaman. Di tengah iklim yang juga kian pancaroba, sulit diprediksi.
Panen pagi petani di wilayah di tanah air juga dihadapkan dengan fakta serbuan hama. Khususnya tikus.
Disebut-sebut, koloni hewan pengerat itu, kini kemunculannya dalam jumlah yang tak biasa. Belum lagi, rumpun padi yang diserang dengan virus yang menyerang dari akar.
Suprapto, salah satu petani di wilayah Kecamatan Hulu Palik, menungkapkan hasil panen sawahnya tahun ini yang anjlok parah.
BACA JUGA:Serius! Bupati Keluarkan Surat Edaran Penanganan DBD, Dinkes Aksi Nyata Bersama Masyarakat
BACA JUGA:Jadikan Pemberantasan Sarang Nyamuk Sebagai Agenda Rutin
Dengan luasan yang sama, kalau sebelumnya bisa memanen 40 hingga 45 karung. Musim panen kali ini, sawahnya hanya mampu mengeluarkan kurang dari 20 karung.
Dia menjelaskan, selain serangan hama dari bawah, mulai dari serangan akar pada rumpun padi.
Serbuan tikus, juga menjadi penyebab hasil panen yang anjlok. Ditambah lagi dengan serbuan burung pipit.
"Hasil panen tahun ini, terbilang parah anjloknya," ungkap Suprapto, dibincangi, Minggu, 28 April 2024 saat tengah menjemur padi sekaligus menggiling hasil panennya rice milling mobile yang tengah gandrung saat ini.
BACA JUGA:Pinjaman Untuk PPPK, BPR Dian Binarta Siap Kucurkan Ratusan Juta
BACA JUGA:PMJB dan Patri Bengkulu Utara Halal Bihalal, Begini Pesan Bupati Mian......
Untuk diketahui, menyikapi anjloknya hasil panen petani. Usaha penggilingan padi, saat ini turut terimbas. Pelaku usaha ini, harus melakukan improvisasi.
Salah satunya dilakukan dengan memovidifikasi mesin penggiling, sehingga bisa mobile, tidak lagi statis. Pelaku bisnis ini, kini melakukan manuver jemput bola.
"Iya, nggiling sekaleng aja, bisa di rumah. Mesinnya dateng. Dedak dan kulit padinya juga, langsung bisa jadi pakan ternak," ungkapnya, sembari menilik hasil gilingan padi yang baru digiling.