Kasus lain yang kini turut dirasakan masyarakat, adalah rendahnya harga jual hasil palawija, masih menjadi persoalan yang belum dapat dipecahkan daerah, bahkan pusat.
BACA JUGA: Ternak Sapi, Siklus Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Muara Santan
BACA JUGA:Polres Mukomuko Siap Backup Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah
Terlebih, tahun lalu saat pengering, Pemda Bengkulu Utara sendiri pernah menebar bantuan bibit palawija gratis kepada petani.
Jujugan program ini, adalah menjaga tingkat produktivitas lahan pertanian agar tidak tidur, ketika musim tanam yang terhambat, baik karena panas hingga proyek.
Yono, salah satu petani jagung di kawasan Kemumu, mengaku hasil panen jagungnya dijual di harga Rp 4.200 perkilogramnya.
Meski tak menyebut gamblang total luasan bidang tanam, Yono mengaku lebih kurang berhasil mendapatkan biji jagung kering sebanyak 1,5 ton.
BACA JUGA: Gandeng RSJ Bengkulu dan Padang Tangani ODGJ Asal Mukomuko
BACA JUGA: Dinas Pertanian Kelola DAK Tematik Rp19 Miliar
"Hanya saja, pas dijual harganya turun. Padahal sempat Rp 7 ribu sekilonya. Pas panen anjlok. Ya sebenarnya ga kaget sih, beginilah jadi petani," ungkapnya mencerita fakta pertanian penduduk.
Dia lantas berujar dalam harap, agar pemerintah bisa memberikan dukungan kepada petani, ketika menggulirkan program-program.
Utamanya, lanjut dia serius, adalah menyediakan pangsa pasar yang lebih kontinyu dengan harga yang lebih berpihak kepada petani.
"Harus ada terobosan. Karena ketika pas panen raya, ini kan muncul monopoli. Kalau gak dilepas, ya mau jadi apa. Dilepas barang, begini hasilnya," keluhnya.
BACA JUGA: Realisasi Dana Desa, Pemdes Magelang Titik Nol Pembangunan Fisik
BACA JUGA:Serius! Bupati Keluarkan Surat Edaran Penanganan DBD, Dinkes Aksi Nyata Bersama Masyarakat
"Paling gak, semurah-murahnya Rp 6 ribulah sekolonya. Masih untung petani," harapnya.