“Kamu habis interview?”
BACA JUGA: Jarang Diketahui 5 Manfaat Rebusan Kayu Manis
BACA JUGA:Berminat jadi PPS? Ini Tahapan dan Jadwal Lengkap Seleksinya
Aksara memijat pelipis, “Ya, tapi nggak sempat cause things happen badly, aku harus ke Rumah Sakit.”
Telapak tangannya mengkover seluruh wajah, mengusap kasar, “Mama kambuh.”
Aku terkejut tak dibuat-buat, ini informasi yang sangat baru untukku, aku tak pernah diberitahu apa pun tentang orang tuanya.
Aku meringis semakin merasa bersalah membuatnya kabur saat jelas-jelas keluarganya sedang ada musibah.
“It’s okay, Kak, udah ada yang jaga Mama,” suara Aksara yang ini, lembut seperti dulu. “Apa yang mau dibicarain?”
Aku dan Aksa duduk berhadapan dengan secangkir kopi yang mengepulkan asap tipis.
BACA JUGA: Doyan Belanja Online! 7 Langkah Ini Agar Kamu Aman, Terhindar Penipuan
BACA JUGA:Menkominfo: Uji Coba Starlink akan Digelar Mei 2024
Gagang cangkir kukaitkan pada jari telunjuk; Aksa pun demikian.
Ia menunggu dengan sabar tiap kata yang sedang kurangkai dalam pikiran.
Jendela besar di sisi kiri menunjukkan jalan yang terguyur rinai gerimis, dahan dan daun digoyang angin, sekilas aku melihat seorang ibu yang memayungi anak laki-lakinya sementara pundaknya sendiri basah kuyup.
Ah, aku selalu sedih kalau mengingat ibu.
Ibuku masih ada, hanya kasih sayangnya yang hilang. Kalian bisa bilang aku memang tak beruntung dalam hal apa pun; cinta begitu pula keluarga.