“Mau apa sih?” aku menggodanya, sebagai yang lebih tua aku harus tangguh kan menghadapi gombalan seperti ini? Bukan sekali dua kali aku ditembak.
“Pacaran sama aku, mau ya, Kak?”
Tapi jujur, baru kali ada yang mengajakku pacaran dan wajahnya setampan Aksara Pradipta.
Kalau kutolak, mubazir namanya.
BACA JUGA: Doyan Belanja Online! 7 Langkah Ini Agar Kamu Aman, Terhindar Penipuan
BACA JUGA:Menkominfo: Uji Coba Starlink akan Digelar Mei 2024
Awalnya, Aksara menjalani hubungan sebagaimana orang pacaran lainnya.
Entah sejak bulan ke berapa, perilakunya mulai berubah; tatapannya juga berubah.
Aku mengira itu hanya efek setelah ujian akhir yang dihadapinya, tapi setelah tiga bulan pun, semuanya masih sama.
Aksara semakin sering beralasan saat kutanya kenapa, kenapa ia tak menjawab telepon, membalas pesan, dan kenapa ia tak pernah mau lagi diajak bertemu.
Aku tak sadar bahwa aku sedang dicampakkan, karena aku terlalu takut untuk melawan argumennya saat itu.
BACA JUGA:Gubernur Kembali Gulirkan Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor
Dan karena Aksara juga tak pernah mengajukan kata putus.
Aku terlalu naif mengira Aksara hanya sedang lelah.
Dan hari ini, setelah pertemuanku dengan Katia, aku memutuskan untuk membuat semuanya menjadi jelas setelah berbulan-bulan kubiarkan hubungan ini mengalir tanpa emosi.