Bandar Muaro jadi dilengkapi sejumlah fasilitas seperti pergudangan, kantor syahbandar, dan menara suar.
BACA JUGA: DBD Menyerang Warga Bukit Tinggi, 2 Pasien Dinyatakan Positif
BACA JUGA: Siapkan Fasilitas, SMAN 16 Bengkulu Utara Kejar Target Isi 2 Kelas
Tak hanya itu, di sana juga dibuat jalan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan bagian lain dari kota Padang.
Pun ketika pemerintah Hindia-Belanda kemudian membangun jaringan jalan kereta api di kota tersebut, di bandar tua ini juga dibangun rel yang terhubung dengan jalur utama di kota itu.
Menyimak berbagai fasilitas prasarana dan sarana yang ada, pada 1870 bersama dengan Batavia, Semarang, Surabaya dan Makasar, posisi pelabuhan Muaro ini masih ditetapkan sebagai pelabuhan kelas A.
Kategori ini berarti status pelabuhan yang dapat melayani kegiatan pelayaranan nasional maupun internasional, yang melayani kegiatan ekspor maupun impor.
BACA JUGA:PK Diteken, ASN DPK Bengkulu Diminta Mengimplementasikan
BACA JUGA:Sirekap Error, Suara Caleg PDIP dan Gerindra di TPS 04 Talang Arah Hilang
Namun pada perjalanannya karena banyaknya endapan lumpur di muara sungai, hanya kapal-kapal berukuran kecillah yang bisa masuk serta melakukan aktivitas di bandar tua ini.
Sejarah mencatat, di pertengahan abad ke?19 hanya tersisa kapal?kapal kecil dengan ukuran di bawah 12 ton yang dapat bersandar di bandar tersebut.
Akhir tahun 1880-an pemerintah Hindi Belanda memutuskan membangun sebuah pelabuhan baru, yakni Bandar Emmahaven.
Pelabuhan ini diresmikan bersamaan waktunya dengan pemakaian jalan kereta api ruas Emmahaven?Padang, Padang Panjang?Muaro Kelaban di tahun 1892.
BACA JUGA: Mau jadi Sultan! Ini 4 Cara Menabung Emas Fisik yang Dapat Anda Lakukan
BACA JUGA:Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional
Ada beberapa latar di balik pembangunan pelabuhan ini, dua di antaranya ialah: pertama, sejalan dengan dibangunnya industri batubara Ombilin di Sawahlunto, maka dibutuhkan sebuah pelabuhan yang representatif yang mampu melayani kegiatan ekspor batubara.