RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Selain Barus, di Pulau Sumatra juga terdapat bandar-bandar tempo dulu yang menarik disimak.
Merujuk Atlas Pelabuhan-pelabuhan Bersejarah di Indonesia suntingan Endjat Djaenuderajat (2013), ditulis bahwa di pesisir barat Pulau Sumatra membujur dari arah barat laut ke tenggara, di sana terdapat pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus, Sibolga, Tiku, Pariaman, Padang (Muaro dan Teluk Bayur), Bengkulu (Padang Baai), dan Lampung.
Beberapa di antara bandar tua itu kini telah mati, seiring dengan tidak diproduksinya lagi hasil hutan yang dahulu merupakan komoditas andalan bagi perdagangan di daerah tersebut.
Sebagian lainnya masih tetap hidup dan berkembang hingga kini, antara lain, ialah pelabuhan Aceh, Sibolga, Padang (Teluk Bayur), Bengkulu (Padang Baai), dan Lampung.
BACA JUGA: Mau jadi Sultan! Ini 4 Cara Menabung Emas Fisik yang Dapat Anda Lakukan
BACA JUGA:Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional
Sementara itu, walaupun secara geografis lokasi Bandar Barus sebenarnya cukup sulit dijangkau dari arah laut dibandingkan dengan Bandar Singkel atau Sibolga, seperti dilaporkan oleh Tome Pires, di masa lalu posisi bandar yang juga sohor dengan nama “Fansur” ini masih merupakan bandar terpenting hingga abad ke-16 Masehi.
Bandar tua ini hingga saat ini masih berfungsi sebagai pelabuhan kecil bagi masyarakat nelayan di sana, namun keberadaannya kini tampaknya sudah tidak sanggup berkembang jadi sebuah pelabuhan besar.
Mari disimak beberapa bandar tua dan catatan kronik sejarahnya. Tulisan ini hendak memaparkan profil singkat dari tiga bandar laut yaitu Aceh, Padang, dan Sibolga.
Bandar Lamuri
Bandar tua ini terletak di ujung barang laut Pulau Sumatra, di pintu masuk Selat Malaka yang terkenal sangat ramai lalu lintas pelayarannya.
BACA JUGA:Mendorong Produk Pangan UMKM Berkualitas
BACA JUGA: 7 Caleg Incumbent Pertahankan Kursi, 4 Wajah Baru Muncul di Dapil 4 Bengkulu Utara
Dengan lokasinya yang strategis sebagai jalur pelayaran dari India ke Cina ini, wajar saja Bandar Lamuri dahulu merupakan salah satu bandar terpenting.
Ketika kerajaan Islam berdiri nama bandar ini berubah menjadi Aceh Darussalam.