
H. Insani menangis sambil tetap memohon agar Arsakha bangun. Tapi percuma, tubuh itu dingin berselimut malam.
Dari pinggir jalan meluncurlah masuk seorang marbot masjid yang rumahnya hanya berjarak 50 meteran dengan sepeda. Melihat mayat tergeletak bersimbah darah di halaman mesjidnya membuat mata marbot itu membelakak tak percaya.
BACA JUGA:Cecep Ingin Menjadi Kaya
BACA JUGA:Ibu, Pematang Sawah dan Cerita Seorang Gadis
"Lah!!! Bukankah ini pemuda yang ikut salat Magrib tadi??? masyallah kenapa dia!!?
H. Insani terkejut dan langsung memburu.
"Salat Magrib? Tapi aku tak melihat dia Mang?"
"Dia berada pada shaff belakang paling ujung. Saya tanya mengapa nggak ke depan, katanya barisan depan itu pengemudi sementara dirinya hanya penumpang. Ikut nebeng di mana saja asal sampai itu sudah cukup" jawab marbot itu menirukan.
Sungguh sebuah ekspresi sesal yang mendalam terburai dari wajah H. Insani. Tak terkecuali warga yang lain. H. Insani melihat wajah babak belur Arsakha.
BACA JUGA:Belajar dari Sang Gagak
BACA JUGA:Belenggu Sistem
Dia seka mata pemuda itu yang sedikit terbuka. Mata H. Insani masih bengkak merebang, ia palingkan wajahnya ke samping.
Melalui cahaya lampu putih berembun seperti ruh; H. Insani tanpa sengaja menatap kaki marbot. Bagai tersambar petir, mata H. Insani terperanjat manakala melihat kesamaan sandal yang dipakai marbot tersebut dengan sandal miliknya.
--SELESAI--