Menjaga Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun

Dua orang warga Lamandau menampilkan kostum dan topeng saat pembukaan Festival Babukung melintas di jalan A Yani, kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau.-MC KALTENG/Damar-

Tradisi ini menggunakan daun sirih, kapur sirih, tembakau, kencur, dan buah pinang sebagai bahan utama, dan menariknya, mereka yang menginang biasanya tidak merokok seumur hidupnya.

Meski beberapa orang masih merasa canggung untuk berinteraksi dengan orang Dayak karena perbedaan budaya. Kenyataannya, masyarakat Dayak sangat terbuka terhadap orang lain yang ingin mempelajari kebudayaan mereka.

BACA JUGA:Gedung Joang 45, Saksi Bisu Aksi Pemuda Pejuang Kemerdekaan

BACA JUGA:Bukit Menumbing Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa

Festival Babukung

Dalam rangka menjaga dan melestarikan warisan budaya Dayak, terutama Dayak Tomun, Pemerintah Kabupaten Lemandau pun mengadakan Festival Babukung.

Tujuan mengadakan festival Babukung adalah merayakan kehidupan dan kematian dalam harmoni. Festival itu merupakan sebuah perayaan budaya yang unik, yang diadopsi dari tradisi kematian masyarakat Dayak Tomun.

Diadakan setiap tahun di Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, festival ini bertujuan untuk melestarikan budaya Dayak Tomun sekaligus menghibur keluarga yang sedang berduka.

Babukung, dalam tradisi Dayak Tomun, adalah upacara kematian yang menyatukan roh para leluhur dalam tarian dan doa. Namun, festival ini tidak hanya sebatas upacara kematian; ia telah berkembang menjadi ajang perayaan yang meriah, yang menghubungkan manusia dengan alam.

BACA JUGA:Rumah Pengasingan Soekarno dan Penciptaan Pancasila

BACA JUGA:Surabaya Bertransformasi dari ‘Kota Neraka’ Jadi Kota Wisata

Festival Babukung pertama kali digelar pada 2014. Dengan tema "Menjaga Tradisi, Merawat Bumi, Mengarungi Era Digitalisasi", festival ini tidak hanya mempertahankan tradisi lama tetapi juga mengintegrasikan elemen-elemen modern untuk menarik perhatian generasi muda.

Salah satu daya tarik utama dari Festival Babukung adalah karnaval topeng tradisional, yang dikenal sebagai Luha.

Dalam karnaval ini, para penari, yang disebut Bukung, mengenakan topeng dengan karakter hewan tertentu dan menari untuk menghibur keluarga yang berduka. Tradisi ini mencerminkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial yang kuat dalam masyarakat Dayak Tomun.

Selain karnaval Luha, festival ini juga menyelenggarakan berbagai acara menarik lainnya, seperti pagelaran tari topeng, lomba menggambar dan mewarnai topeng.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan