Aila, Mama dan Bunga Matahari
ILUSTRASI-pinterest.com-
“Mama tau kan ini penyakit berbahaya. Penyakit yang bisa merenggut nyawa penderitanya. Nggak. Aila gak mau kehilangan Mama. Aila cuma punya Mama.” Aila menangis.
BACA JUGA:Aksi Serentak Perangi Demam Berdarah Dengan PSN
BACA JUGA:Dirajut Ibu Negara di Bengkulu, Ditargetkan Berkibar di IKN
Gita berusaha menahan tangisannya juga. Terkuak sudah rahasianya.
Aila sendiri masih tak percaya dengan kenyataan yang baru diketahuinya.
Ia juga kecewa pada dirinya sendiri, karena tidak peka dengan kondisi kesehatan Mamanya sendiri.
Aila berlari ke kamar tidurnya. Ia mengabaikan sang Mama yang terus menggumamkan kata maaf.
Brak!
BACA JUGA:Menguatkan Perlindungan Konsumen
BACA JUGA: Tidak Perlu Beli Obat di Apotek! Ini Sederet Manfaat Bengkuang Bagi Kesehatan Lambung
Aila menutup kasar pintu kamarnya. Ia melompat ke kasur lalu menyembunyikan wajahnya dengan bantal.
Tangisan mulai terdengar di kamar itu. Tak jarang Aila menendang nendang sprei dan selimutnya. Membuat kasur Aila berantakan.
Gita yang mendengar suara pintu Kamar Aila ditutup kasar, hanya terdiam di tempatnya. Perlahan, ia jatuh terduduk di lantai. Lalu menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Menangis.
Dengan berbekal nasi goreng, cake pisang dan coklat panas, Gita menghampiri kamar Aila. Gita terdiam sejenak menatap pintu kamar putrinya. Perlahan Gita menarik gagang pintu ke bawah lalu mendorongnya. Terkunci.
BACA JUGA:IDI di Bengkulu Tahun 2022 Capai 73,23