Aila, Mama dan Bunga Matahari
ILUSTRASI-pinterest.com-
“Mama juga sayang Aila.”
BACA JUGA:Aksi Serentak Perangi Demam Berdarah Dengan PSN
BACA JUGA:Dirajut Ibu Negara di Bengkulu, Ditargetkan Berkibar di IKN
Diam diam, Gita tersenyum miris. “Semoga saja Mama masih bisa melihat kesuksesanmu di hari nanti, Nak.” Batin Gita
Gita sedang sibuk berhadapan dengan layar laptopnya. Oh ya, Gita berprofesi sebagai seorang penulis yang karyanya banyak diminati orang.
Tidak hanya itu, dia juga menjadi guru di SMP swasta.
Tes…
Konsentrasi Gita buyar begitu merasa ada yang menetes dari hidungnya.
BACA JUGA:Berulangkali Usulan ke Provinsi, Penanganan Jembatan di Lembah Duri Belum Ada Kabar
BACA JUGA:Pilih Paslon Kada Yang Peduli Dengan Masalah BUMN
Darah. Lagi lagi penyakitnya kumat.
Gita menarik beberapa lembar tisu dan berusaha menghentikan darahnya.
Cukup banyak darah yang keluar.
Gita menyandarkan kepalanya di kursi. Tangannya memijit keningnya yang terasa pusing. Bibirnya bergerak membaca istighfar.
Gita bersyukur. Setidaknya, ia masih diberi waktu untuk melihat putrinya. Harapannya, ia diberi lebih banyak waktu untuk bersama Aila.