Kasus DBD Muncul, Dinkes Mukomuko Perintahkan PSN Jadi Gerakan Wajib Warga
Kantor Dinas Kesehatan Mukomuko-Radar Utara/ Wahyudi -
MUKOMUKO, RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko menegaskan perlawanan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak boleh longgar.
Setelah banyak warga dinyatakan positif DBD sepanjang tahun 2025. Dinkes bersama 17 puskesmas pun telah bergerak cepat melakukan langkah penekanan kasus di titik-titik temuan.
Kabid Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Mukomuko, Hamdan, menyebut angka kasus DBD tidak boleh dianggap aman.
“Kami tidak menunggu kasus meluas. Begitu ada temuan, tiga langkah langsung kami jalankan,” tegasnya.
BACA JUGA:Selama Oktober, Delapan Kasus DBD Terdeteksi di Mukomuko
BACA JUGA:Kasus DBD di Mukomuko Bertambah, Warga Diminta Jaga Kebersihan
Tiga langkah tersebut yakni penelitian epidemiologi (PE), pengendalian vektor, dan pengasapan di delapan lokasi terjangkit. PE dilakukan untuk memastikan pola penyebaran dan risiko perluasan kasus. Sementara itu, pengendalian vektor dilakukan dengan pemeriksaan jentik dan membersihkan potensi sarang nyamuk di lingkungan rumah warga.
Pembagian larvasida juga dilakukan secara langsung di titik kasus untuk memastikan jentik mati sebelum berubah menjadi nyamuk dewasa. Petugas juga memberi arahan penggunaan larvasida secara tepat di rumah-rumah warga.
Namun Hamdan menegaskan bahwa upaya teknis petugas hanyalah separuh dari penanganan. Kunci pencegahan sesungguhnya ada pada kedisiplinan warga melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
“PSN itu wajib. Tidak bisa ditawar. Bersihkan bak mandi, tutup semua penampungan air, kubur barang bekas, dan jaga kebersihan lingkungan. Kalau masyarakat lengah, DBD akan kembali naik,” katanya.
BACA JUGA:Warga Lubuk Sanai III Gencarkan Gotong Royong Cegah DBD
BACA JUGA:Gerakan 3M Plus Efektif Tekan Angka Kasus DBD di Mukomuko
Ia juga meminta perangkat desa, kader posyandu, lembaga pendidikan, dan seluruh elemen masyarakat turun tangan memberi edukasi kebersihan lingkungan kepada warga.
“DBD bukan urusan medis semata. Ini soal kesadaran massal. Semua harus bergerak kalau ingin angka penularan bisa ditekan,” pungkasnya. (rel)