Kunker Prabowo ke Malaysia Asa Dongkrak Harga Sawit
Kunker Prabowo ke Malaysia Asa Dongkrak Harga Sawit. -Infografik Antara-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Harga sawit naik! adalah harapan atas komoditi perkebunan Indonesia, Presiden Prabowo Subianto melakoni kunjungan kerja ke Malaysia, baru-baru ini.
Indonesia memang layak bermanuver, bahkan harus, dengan fakta produksi sawitnya yang sudah menyalip jauh Malaysia dari sisi kuantitas, meski masih harus berhadapan dengan politik pasar yang masih menguntungkan tetangga Indonesia.
Ditambah lagi, Indonesia juga menang atas gugatan di World Trade Organization atau WTO pada 10 Januari 2025, yang dinilai Eropa menerapkan praktik diskriminatif atas sawit Indonesia, atas deforestasi yang dituduhkan dan kini harus mampu dibuktikan pemerintah dengan kebijakan yang pro keseimbangan alam.
Aktivis Lingkungan Provinsi Bengkulu, Melyan Sori, menilai selain manuver di gelanggang internasional. Pemerintahan Prabowo, juga memiliki tanggung jawab moril dan konkret dalam membuktikan tidak adanya praktik deforestasi atau perusakan hutan, lantaran ambisi perluasan perkebunan sawit yang nyata-nyata rakus air dan tidak bisa disamakan dengan fungsi hutan.
BACA JUGA:Petani Sawit Bengkulu Keluhkan TBS Sawit Anjlok
BACA JUGA:Sejumlah Pabrik Sawit di Mukomuko Berhenti Beroperasi
"Harus dipadu dengan kebijakan pro pelestarian hutan dan lingkungan serta kebijakan yang mencerminkan program hijau yang berkelanjutan," ujarnya.
Juga menjadi tidak fair, terus dia, negara-negara yang notabene tidak memiliki hutan, lantaran dibabat sejak lama lantaran kegiatan industrial, termasuk Eropa, ketika tidak mendukung permodalan kepada negara-negara yang masih mampu mempertahankan keberadaan hutan seperti Indonesia.
"Maka sisi internasional juga harus turut memiliki roadmap atau peta jalan program yang mendukung pelestarian alam dan keseimbangan alam demi keberlangsungan bumi yang kini saja panas suhunya dan ditambah lagi bencana alam yang sering terjadi seperti banjir dan longsor serta banyaknya satwa yang terancam punah," ungkapnya.
Pengamat Kebijakan dari Universitas Ratu Samban, Salamun Haris, juga menyerukan peran penting Indonesia yang kini menjadi negara pemasok utama sawit di pasar global.
BACA JUGA:Dana untuk Peserta Replanting Kelapa Sawit Meningkat, Jangan Ada Data Fiktif!
BACA JUGA:Semalam Tidak Pulang, Pak RT di Sidodadi Ditemukan Meninggal di Kebun Sawit
Indonesia yang turut bergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), kata Salamun, diketahui sudah paling mendominasi dari sisi suplai komoditi dalam grup negara produsen sawit.
"Prabowo harus mampu memerankan posisi strategis ini. Baik sebagai negara dan pemerintahan secara politik. Begitu juga sebagai komposan penting di CPOPC yang mampu menjadi wadah dalam berdiplomasi dengan negara-negara importir," Salamun menganalisa.