Benteng Terluas Sejagat Ada di Buton

Sabtu 07 Sep 2024 - 19:30 WIB
Reporter : redaksi
Editor : Ependi

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Pulau Buton di Sulawesi Tenggara tak hanya dikenal sebagai penghasil aspal alam. Di pulau seluas 4.408 kilometer (km) persegi ini terdapat benteng terluas di dunia.

Namanya Benteng Keraton Buton atau dikenal juga sebagai Benteng Wolio karena dibangun di atas Bukit Wolio. Bukit laut ini berada di Kota Baubau, ibu kota Kabupaten Buton.

Luas Benteng mencapai 23,375 hektare (ha) dengan panjang keliling tembok benteng mencapai 2.740 meter. Sebagai pembanding, luas Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, adalah 15,129 ha.

Karena luasnya itu, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bersama Guinness Book of World Record pada September 2006 menobatkan Benteng Wolio sebagai bangunan pertahanan terluas di dunia. 

BACA JUGA:Jejak Sejarah di Benteng Vredeburg Yogyakarta

BACA JUGA: Sejarah Pulau Onrust, dari Benteng hingga Tempat Karantina Wabah

Terletak di puncak bukit setinggi 100 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan lereng yang cukup terjal menjadikan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Dari tepi benteng tampak pemandangan menakjubkan Kota Baubau dan hilir mudik kapal di Selat Buton.

Selain itu, di dalam kawasan benteng dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton. Benteng didirikan sebagai pusat pertahanan dan peradaban masyarakat Buton saat menghadapi penjajah Portugis, selain melindungi diri dari serangan bajak laut.

Benteng itu hanya berjarak sekitar 3 km atau sekitar 5 menit berkendara dari pusat kota. Benteng ini berdiri mengelilingi tiga dusun meliputi Baluwu, Peropa, dan Dete di Kelurahan Melai, Kecamatan Wolio.

Dalam situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, merujuk pada penetapan benteng ini sebagai warisan budaya benda nasional pada 4 Maret 2003, Benteng Wolio berasal dari kata welia yang artinyamembaba.

BACA JUGA:Jejak Sejarah di Benteng Vredeburg Yogyakarta

BACA JUGA: Sejarah Pulau Onrust, dari Benteng hingga Tempat Karantina Wabah

Itu karena sewaktu masa pembangunannya dilakukan pembabatan dan penebangan pohon-pohon besar di sekitar bukit.

Desain bangunannya menarik dan memiliki bentuk arsitektur unik karena terbuat dari batu gunung dan karang yang direkatkan dengan putih telur memakai campuran pasir dan kapur.

Tinggi dan tebal temboknya tidak sama, mengikuti kontur tanah atau lereng bukit.

Kategori :

Terkait

Sabtu 21 Dec 2024 - 19:30 WIB

Memeluk Masa Lalu Merajut Masa Depan

Sabtu 07 Dec 2024 - 18:14 WIB

Kembalinya Sang Ganesha

Sabtu 30 Nov 2024 - 19:52 WIB

Kembalinya Candi Lumbung ke Desa Sengi

Sabtu 23 Nov 2024 - 18:41 WIB

Menyusuri Jejak Sejarah Gereja Blenduk