BACA JUGA:Defisit Kebudayaan: Sastra dalam Bayangan Pasar dan Prinsip 5W-1H
"Maksudnya, Pak?"
"Orang bilang kita meras. Padahal jika mau mereka menggunakan otaknya untuk menyingkirkan sentimen, mereka akan ketemu sendiri jawabannya. Manusia seperti apa yang sering berpasrah tanpa berusaha. Ada anggota keluarga yang tenggelam, bukan bahu membahu menolong malah nunggu sampai jasadnya busuk dan ke pinggir. Itu melebihi setan, Nong".
"Mayat perempuan tadi?"
"Bapak ibunya sibuk kerja. Sementara putrinya malah terjerat obat hingga sakau lalu menceburkan diri."
"Seperti musibah ibu?"
BACA JUGA:Kembali ke Laut
BACA JUGA:Ibu Sambung
Pak Prehatin mengulum luka. Pikirannya melayang manakala saat sang istri tenggelam dan hanyut, dirinya hanya seorang diri mencebur ke sungai.
Mencari berjam sampai berhari-hari. Hal yang paling menyebalkan ialah bahwa manusia pada zaman ini telah mengalami degradasi simpati.
Alasan ketakutan kematian dan tuntutan membuat manusia itu hanya terbengong sambil sigap memvideo lalu diviralkan. Tak jarang cara itu digunakan demi mencari nasi.
"Jadilah tega untuk orang tak berperasaan dan jadilah dermawan untuk orang yang berakhlak. Orang yang melantangkan hujatan itu seharusnya malu.
BACA JUGA:FATAMORGANA BRAVIA MANJIA
BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
Tapi karena dia bukan orang maka itu menjadi hal yang harus kita maklumi. Ingat, Nong. Pantang gonggongan dari mulut mereka untuk masuk dalam deretan agenda hidup kita."
Kinong menyelesaikan makan malamnya dan tanpa diduga dari arah bendungan .